Selasa, 25 Oktober 2016

tanaman kopi



BAB 1. PENDAHULUAN
            Tanaman kopi (Coffea sp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini hidup didaerah iklim tropis dan berasal dari daerah Benua Afrika. Sebagai tanaman perkebunan, kopi dapat tumbuh selama beberapa tahun dan dipanen beberapa kali hingga pada kondisi produktifitas yang optimul. Di Indonesia sendiri, tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan yang berdaya saing dipasar internasional. Berbagai jenis kopi diekspor ke beberapa negara untuk memenuhi permintaan pasar. Sebagai komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, kopi yang dihasilkan harus bermutu dan berkualitas tinggi. Teknik budidaya serta penanganan pengolahan harus dilakukan sesuai dengan cara yang benar. Hal ini berkaitan erat dengan kecakapan para petani kopi dalam melakukan pembudidayaan dengan baik. Petani kopi pada dasarnya harus mengetahui sifat tanaman kopi maupun bentuk dari tanaman kopi. Sehingga akan lebih memudahkan bagi petani kopi dalam merawat tanaman kopi agar memberikan produksi yang tinggi.
            Di dunia, kopi dikenal dengan berbagai macam varietas mulai dari kopi robusta, kopi arabika, kopi liberika, hingga kopi luak yang diolah dari hasil fermentasi dengan bantuan hewan luak. Masing-masing varietas kopi mempunyai keunggulan serta kelemahan dalam hal cita rasa maupun aroma. Selain itu, bentuk atau morfologi dari varietas kopi satu dengan kopi yang memiliki perbedaan khusus sehingga dapat dibedakan melalui pengamatan visual atau dengan melihat langsung morfologinya. Varietas kopi juga memiliki perbedaan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan maupun iklim pada daerah tertentu. Hal ini menyebabkan tidak semua kopi dapat ditanam pada wilayah yang sama. Di Indonesia, tanaman kopi yang sering dijumpai dilahan yaitu jenis kopi robusta maupun jenis arabika. Kedua jenis kopi tersebut banyak dibudidayakan oleh petani lokal maupun oleh perkebunan milik pemerintah. Selain kedua jenis varietas tersebut juga terdapat varietas lain yang sering disebut sebagai kopi ekselsa. Kopi ekselsa atau kopi nangka ini banyak ditemukan dibeberapa pertanaman petani lokal dengan berbagai macam sebutan yang berbeda pada tiap wilayah.
            Varietas kopi yang dibudidayakan mempunyai ciri khusus yang dapat dibedakan antara jenis satu varietas dengan varietas yang lain. Morfologi setiap jenis kopi berbeda mulai dari bentuk akar, bentuk daun, bentuk bunga, bentuk buah, hingga bentuk batang atau cabang. Pemahaman mengenai perbedaan jenis kopi ini berguna dalam menentukan teknik pengolahan hingga pemupukan pada tanaman kopi. Identifikasi morfologi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode seperti pengambilan gambar maupun dengan pengamatan secara langsung pada tanaman kopi yang telah ditanam.
1.2 Tujuan
            Mahasiswa mampu mengenali dan menggambarkan karakteristik morfologi (akar, batang, bunga, buah, dan biji) tanaman kopi.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Tanaman kopi (Coffe sp) merupakan salah satu jeni tanaman perkebunan yang dapat tumbuh pada datarn tinggi maupun dataran rendah. Produktivitas tanaman kopi memang sangat ditentukan pada proses pemeliharaan serta lokasi penanaman yang sesuai. Meskipun tanaman kopi dapat tumbuh didataran tinggi maupun dataran rendah akan tetapi produksi yang optimal hanya akan didapat pada kondisi yang sesuai dari tanaman kopi itu sendiri. Varietas tanaman kopi yang dikenal dan umum ditanam oleh petani antara lain kopi varietas arabika, kopi kopi robusta, kopi liberika, dan kopi jenis excelsa (Sairdama, 2013). Menurut Handi Supriadi (2014), sebagai tanaman perkebunan kopi memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Beberapa tahun terakhir luas wilayah budidaya tanaman kopi mencapai 1.235.289 Ha. Dari luasan tersebut tenaga kerja yang diserap juga sangat banyak. Selain itu, komoditas kopi ini penyumbang devisa yang cukup besar dari hasil ekspor ke berbagai negara Eropa.
            Di Indonesia, kopi yang banyak dibudidayakan adalah kopi jenis robusta dan arabika. Kopi robusta dibudidayakan dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan kopi arabika yaitu sekitar 87,1 % dari total keseluruhan produksi kopi yang ada. Kopi yang dibudidayakan diperdagangkan dalam bentuk biji kopi dan ada juga yang dibudidayakan dalam bentuk kopi sangrai, maupun kopi instan. Produk olahan kopi diperoleh dari pemrosesan biji kopi yang baik. Sedangkan biji kopi yang berkualitas diperoleh dari teknik budidaya yang benar sehingga menghasilkan kualitas kopi yang bagus untuk dikonsumsi maupun diperdagangkan (Rohmah, 2010).
            Praktek budidaya tanaman kopi memerlukan keahlian khusus terutama pada saat penanaman atau pemilihan indukan tanaman kopi. Tanaman kopi yang akan dibudidayakan akan melalui tahap seleksi dengan cara mengidentifikasi sifat-sifat morfologis, potensi daya hasil, maupun ketahanan tanaman kopi terhadap serangan hama penyakit. Kegiatan atau tahapan seleksi tanaman kopi optimalnya memerlukan waktu hingga dua tahun agar tanaman kopi yang dipilh dapat berproduksi tinggi dan toleran terhadap bebagai jenis hama penyakit. Tanaman kopi yang berkualitas tentunya akan menghasilkan biji yang memiliki cita rasa tinggi (Nugroho, dkk., 2012).
Permasalahan-permasalahan yang ada dalam budidaya kopi antara lain adalah perubahan cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan terhambatnya perumbuhan tanaman kopi, tanaman kopi yang mengalami kekurangan air akan mengalami menurunnya pertumbuhan, layu dan apabila air tidak tercukupi lama – kelamaan mati. Hal ini tentunya dapat menurunkan produksi dari tanaman kopi. Praktek budidaya yang benar serta menanam pada lahan adaptasi yang sesuai dapat menurunkan resiko kehilangan atau penurunan produksi (Cemura et al, 2014).
Kopi arabika akan tumbuh dengan baik apabila lahan tanam memenuhi persyaratan sesuai dengan syarat tumbuh kopi arabika itu sendiri yaitu pada temperatur 18 – 25 oC, dengan curah hujan 1200 – 2000 mm per tahun dan 1 – 3 bulan kering. Kondisi lahan tersebut tidak cocok untuk perkembangan cendawan Hemileia vastatrix, yang menyebabkan penyakit daun tanama kopi. Penyakit tersebut merupakan penyakit utama tanaman kopi arabika. Hama penyakit perlu dikendalikan agar tanaman kopi dapat berproduksi secara maksimal. Lahan-lahan yang memenuhi persyaratan tersebut di atas hanya dapat diperoleh pada daerah dengan ketinggian di atas 1000 m dpl (Oliveira, et al., 2014).
Kopi arabika memiliki morfologi bentuk pohon perdu kecil dan tumbuh rimbun. Varietas kopi arabika memiliki morfologi percabangan yang lentur serta berdaun tipis. Selain kopi arabika, terdapat jenis kopi ekselsa yang memiliki pertumbuhan pohon yang besar dan kuat. Kopi ekselsa dibeberapa wilayah di Pulau Jawa disebut juga sebagai kopi nangka. Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang yaitu cabang ortotrop dan cabang plagiotrop. Cabang ortotrop adalah cabang yang tumbuh kearah vertikal sedangkan cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh kearah horizontal (Rahardjo, 2012).
            Pandiran (2002) juga menjelaskan bahwa daun tanaman kopi arabika yang sudah tua berwarna hijau tua gelap, dan daun muda berwarna coklat. Sedangkan morfologi dari buah yaitu buah muda berwarna hijau kusam dan jika masak berwarna merah hati. Percabangan kopi arabika terutama cabang primer, cabang cacing dan cabang balik tumbuh sangat aktif dan tidak teratur. Dibandingkan dengan kopi jenis ekselsa, bentuk percabangan kopi arabika cenderung menghadap kesamping. Sedangkan kopi jenis ekselsa lebih mengarah keatas.
Menurut pohlan dan Janssens (2012), juga menyatakan bahwa tanaman kopi arabika dan kanepora dapat tumbuh dengan baik pada dataran tinggi dengan suhu yang tinggi, namun juga dapat di kembangkan di dataran yang rendah namun produksinya tidak terlalu baik, selain itu penanaman tanaman ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu menanam tanpa naungan dan dapat ditanam secara agroforestri (dengan naungan). Penanaman dengan naungan mnghasilkan produksi yang sedikit naungan kualitas kopi lebih baik. Bote dan Struick (2010), berpendapat bahwa system budidaya tanaman kopi dengan naungan merupakan salah satu system pertanian organik. Dengan system ini tanaman kopi mendapat naungan dari pepohonan sehingga dapat mengurangi intensitas cahaya yang masuk, daun yang berguguran dapat menjadi mulsa organik, menciptakan kondisi yang baik bagi tanaman serta dapat menjadi tempat tinggal predator sehingga dapat menurunkan populasi hama yang menyerang kopi.





BAB 3. METODOLOGI
3.1.   Waktu dan Tempat
Praktikum Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan dengan judul acara “Identifikasi Morfologi Tanaman kopi” ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Selasa, 16 September 2014, dimulai pada pukul 15.00 – selesai.

3.2.   Alat dan Bahan
3.1.1.      Alat
1.    Kamera
2.    Pensil warna
3.    Alat tulis

3.1.2.      Bahan
1.    Tanaman kopi

3.3.   Cara Kerja
1.      Mengamati pohon kopi yang sedang berbunga dan berbuah.
2.      Mengambil gambar dengan kamera, bagian akar (bila memungkinkan), batang, daun, bunga, buah (penampang melintang dan membujur buah) dan biji.
3.      Menggambar bagian akar (bila memungkinkan), batang, daun, bunga, buah (penampang melintang dan membujur buah) dan biji dengan baik dan benar serta beri keterangan lengkap beserta fungsinya.




BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Morfologi tanaman kopi
No.
Gambar
Keterangan
1
IMG_20150920_103131
Daun kopi robusta:
a.    Daun tunggal
b.    Daun berbentuk bulat telur, mengkilat, ujung daun meruncing, tepi daun bergelombang dan pangkal daun tumpul.
IMG_20150920_103135
Daun kopi Ekselsa (nangka):
a.    Daun lebih tebal
b.    Tepi daun lurus dan datar
c.    Daun tanaman kopi tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan.
2
robusta1a
Buah kopi robusta:
a.    Buah bulat telur
b.    Berdiameter kurang lebih 5 mm
c.    Buah muda berwarna hijau dan tua berwarna merah
d.   Biji dibungkus kulit ari
excelsa2a
Buah kopi ekselsa (nangka):
a.    Buah kopi ekselsa lebih besar ukurannya dibanding dengan kopi raobusta
b.    Pada setiap buah pada umumnya mengandung 2 butir biji kopi
3
IMG_20150920_103146
Batang kopi robusta:
a.    Batang: berkayu, keras, tegak, dan berwarna putih keabu-abuan
b.    Cabang repreduksi tumbuh tegak lurus
c.    Cabang primer cukup lentur sehingga membentuk tajuk seperti payung
IMG_20150920_103138
Batang kopi ekselsa:
a.    Batang: berkayu, keras dan tegak
b.    Cabang reproduksi tumbuh tegak lurus
4
coffee-blossom-345710_640
a.    Bunga kopi ekselsa (nangka) dan robusta hampir sama, bunga kopi berwarna putih
b.    Tangkai putik berukuran kecil, panjang, kepala putik berseri 2 helai.
5
http://www.fao.org/docrep/008/ae939e/ae939e0m.jpg
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang, pada akar tunggang terdapat beberapa akar kecil.
4.2 Pembahasan
            Morfologi tanaman kopi terdiri dari akar, batang, daun, buah dan bunga. Pada dasarnya tanaman kopi jenis robusta dan ekselsa mempunyai morfologi yang hampir sama yaitu :
a.       Akar
      Akar tanaman kopi yaitu akar tunggal dan pada akar tunggal ini sering muncul akar lebar. Pada bagian akar lebar ini akan muncul dan tumbuh rambut-rambut akar dan bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah.
b.      Batang
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan mempunyai ruas-ruas pada tiap bagian batangnya. Pada batang tersebut sering tumbuh cabang ortotrop. Pada batang kopi robusta, tumbuh cabang yang tumbuh kearah samping. Sedangkan pada jenis ekselsa batang tumbuh dan condong mengarah keatas.


Batang Kopi Robusta                                     Batang Kopi Ekselsa
c.       Daun
Daun kopi berbentuk bulat telur dan ujungnya agak meruncing sampai bulat yang tumbuh pada batang. cabang dan ranting tersusun berdampingan pada ketiak. Pada daun kopi robusta, tepi daun agak bergelombang sedangkan pada kopi ekselsa lurus dan lebih memanjang.
Daun Kopi Robusta                              Daun Kopi Ekselsa
d.      coffee-blossom-345710_640Bunga
B
Bunga kopi tumbuh pada ketiak-ketiak cabang primer yang tersusun berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang bertangkai pendek. Pada tiap ketiak daun akan tumbuh 3-4 kelompok bunga dan setiap buku terdapat ± 30 kuntum bunga atau lebih dan dapat keluar ribuan kuncup bunga.
e.       Buah
Buah kopi yang sudah masak berwarna merah hati sedangkan buah kopi yang masih muda berwarna hijau muda. Pada buah kopi mengandung 2 butir biji yang mempunyai bidang datar dan bidang cembung.
Tanaman kopi memiliki beberapa macam cabang yang tumbuh pada batang utama. Pada dasarnya tanaman kopi akan terus tumbuh mencapai tinggi lebih dari 12 m apabila tidak dilakukan pemangkasan. Beberapa jenis cabang pada tanaman kopi antara lain :
a.       Cabang reproduktif (Ortotrop).
Cabang ini tumbuh tegak dan lurus. Ketika masih muda cabang ini juga sering disebut sebagai wiwilan, cabang ortotrop berasal dari tunas reproduktif yang tumbuh pada setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Dalam setipa ketiak daub bisa tumbuh 4-5 tunas reproduksi, sehingga cabang ini dapat diperbarui sebanyak 4-5 kali apabila mati.

b.      Cabang Primer (Plagiotrop)
Cabang primer merupakan cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi. Setiap ketiak daun hanya mempunyai tunas primer sebanyak satu tunas. Apabila cabang ini mati maka tidak dapat diperbarui lagi. Ciri-ciri dari cabang primer ialah memiliki pertumbuhan mendatar, lemah, dan berfungsi sebagai penghasil bunga.
c.       Cabang Sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer.
d.      Cabang Kipas
Adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer dikarenakan pohon kopi sudah mulai tua.
e.       Cabang Pecut
Adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya cukup kuat.
f.       Cabang Balik
Merupakan cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer dan arah pertumbuhannya kedalam mahkota tajuk.
g.      Cabang Air
Merupakan cabang reproduksi yang tumbuhnya pesat, ruas daunnya relative panjang dan banyak mengandung air.

Kopi robusta dan kopi ekselsa memiliki perbedaan khusus terutama dalam bentuk atau morfologi akar, batang, daun, bunga, dan buah. perebedaan kedua jenis kopi ini antara lain :
Morfologi
Robusta
Ekselsa
Daun
Bentuk daun lebih berbentuk bulat dan meruncing pada bagian ujung. Tepi daun sedikit bergelombang dan  tulang daun tidak berhadapan.
Bentuk daun lebih memanjang dan meruncing pada bagian unujung daun. Tepi daun rata dan tulang daun saling berhadapan.
Batang
Batang tumbuh saling berhadapan berlawanan. Arah tumbuh batang lebih mengarah kearah samping.
Batang tumbuh saling berhadapan. Arah tumbuh batang menghadap keatas.
Buah
Buah bulat telur, Berdiameter kurang lebih 5 mm, Buah muda berwarna hijau dan tua berwarna merah, Biji dibungkus kulit ari
Buah lebih besar ukurannya dibanding dengan kopi robusta
Pada setiap buah pada umumnya mengandung 2 butir biji kopi
Bunga
Bunga berwarna putih,
Tangkai putik berukuran kecil, panjang, kepala putik berseri 2 helai.
Sama seperti bunga kopi robusta akan tetapi memiliki sejumlah bagian diatas kelopak yang lebih banyak.
Akar
Memiliki akar tunggang yang bercabang dan ditumbuhi bulu-bulu akar disekitarnya.
Akar tunggang tumbuh lurus kebawah dan tidak bercabang.

Syarat Tumbuh kopi robusta dan ekselsa juga berbeda. Syarat tumbuh kedua jenis kopi tersebut antara lain :
            Syarat Tumbuh
Jenis Kopi Robusta
Jenis Kopi Ekselsa
Iklim
Tinggi tempat
Suhu udara harian
Curah hujan rata-rata
Jumlah bulan kering

300 - 600 m dpl
24 - 30o C
1.500-3.000 mm/th
1-3 bulan/tahun

0 – 750 mdpl
25 - 35o C
2.000-4.000 mm/th
1 - 3 bulan/tahun
Tanah
pH tanah
Kandungan bahan organik
Kedalaman tanah efektif
Kemiringan tanah maksimum

5,5 - 6,5
minimal 2%
> 100 cm
40%

5,3 - 6,0
minimal 2%
>100 cm
40%

Mempelajari morfologi tanaman kopi dapat meberikan informasi kepada kita tentang bagaimana bentuk dari setiap bagian tanaman kopi. Hal ini juga terkait dengan masing-masing fungsi setiap bagian dari tanaman kopi yang tentunya dalam menunjang pertumbuhan dan produksi. Setiap bagian yang dipelajari akan membantu kita dalam membantu pertumbuhan tanaman kopi agar lebih memiliki produksi sesuai yang diinginkan dan memudahkan kita dalam melakukan perawatan. Sehingga dengan mengetahui perawatan yang benar maka tanaman kopi dapat berproduksi secara maksmal.
Produksi kopi di Indonesia pada tahun 2010 menempati urutan negara terbesar ketiga sebagai negara produsen dan pengekspor kopi di dunia. Sedangkan negara pengekspor kopi yang menjadi pesaing lainnya antara lain Colombia, India, Etiopia, Peru, Guatemala, Mexico dan Honduras. Perkembangan produksi kopi Indonesia dibandingkan dengan negara negara produsen utama (Brazil dan Vietnam) memang sangat pesat. Perkembangan produksi kopi Indonesia mengikuti trend yang linier, sedangkan negara Barzil dan Vietnam mengikuti trend yang non linier. Semenjak tahun 2000 produksi kopi Indonesia di bawah Vietnam karena laju peningkatan produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Perkembangan produksi kopi sangat ditentukan oleh perluasan dan produkstivitas. Dilihat dari segi luar areal Indonesia mempunyai luas areal yang terbesar kedua di dunia, setelah Brazil. Perkembangan luas areal kopi Indonesia dan Vietnam terus meningkat antar waktu, sementara Brazil mengalami penurunan. Luar areal kopi Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan Vietnam tidak dikuti dalam produksi kopi, dimana produksi kopi Vietnam lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini terjadi karena produktivitas kopi Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam (Hanani, dkk. 2012).
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa produksi kopi Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan Vietnam. Teknologi inovasi masih sangat minim sehingga luas areal tanaman kopi tidak sebanding dengan kuantitas produksi yang dihasilkan. Meskipun beberapa tahun terakhir Indonesia sempat menjadi produsen terbesar ketiga akan tetapi apabila teknik budidaya yang digunakan masih tetap sama maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi penurunan produksi yang cukup besar di masa mendatang sehingga perlu adanya peningkatan produksi. Peningkatan produksi tersebut salah satunya dapat melalui penerapan inovasi-inovasi yang akan menunjang produksi kopi.



BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktimu dan pengamatan morfologi tanaman kopi dilapang, maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut :
1.      Di Indonesia, terdapat beberapa macam tanaman kopi yang dibudidayakan yaitu kopi jenis arabika, jenis robusta, dan ekselsa (nangka).
2.      Kopi arabika dan ekselsa memiliki perbedaan morfologi bentuk mulai dari bentuk akar, batang, daun, bunga, dan buah.
3.      Syarat Tumbuh kopi arabika dan kopi ekselsa berbeda antara satu dengan yang lain seperti ketinggian tempat, suhu, curah hujan, dan pH tanah.
4.      Mempelajari tentang morfologi tanaman kopi dapat menambah wawasan kita terhadap pertumbuhan tanaman kopi agar tetap berproduksi secara maksimal.
5.      Produksi kopi di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Vietnam dan Brazil sehingga perlu adanya peningkatan melalui inovasi dalam praktek budidaya.

5.2  Saran
Praktikum Budidaya tanaman perkebunan sudah berjalan dengan baik, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi terutama pengadaan tanaman kopi yang lebih beragam agar mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam varietas tanaman kopi.



DAFTAR PUSTAKA
Bote, A.D dan Struick, P.C. 2011. Effects of shade on growth, production and quality of coffee (Coffea arabica) in Ethiopia. Horticulture and Forestry, 3(11) :  336-341.

Cemura, A et al.2014. Effect of Soil Moisture Deficit Stress on Biomass Accumulation of Four Coffee (Coffea arabica) Varieties in Zimbabwe. ISRN Agronomy, 1 (1) : 1-10. 

Nugroho, D., Mawardi, S., Yusianto, dan Arimersetiowati, R. 2012. Karakterisasi mutu fisik dan cita rasa biji kopi Arabika varietas Maragogip (Coffea arabica L. var. Maragogype Hort. ex Froehner) dan seleksi pohon induk di Jawa Timur.  Pelita Perkebunan, 28(1) : 1 – 13.

 Oliveira R.J.V., Souza R.G, Lima T.E.F, dan Cavalcanti M.A.Q. 2014.  Endophytic fungal diversity in coffee leaves (Coffea arabica) cultivated using organic and conventional crop management systems. Mycosphere, 5 (4) : 523–530

Pandiran. 2002. Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika. Kanisius : Yogyakarta.
Pohlan, H. A.J dan Janssens, M. JJ. . Growth and Production Of coffee. Soil,Plant growth and crop Production, 3 (1) :
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Kopi Robusta. Penebar Swadaya : Jakarta.
Rohmah, M. 2010. Aktifitas Antioksidan Campuran Kopi Robusta (Coffea Cannephora) Dengan Kayu Manis (Cinnamomun Burmanii). Teknologi Pertanian,6(2):50-54.

Sairdama, S. S. 2013. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika (Coffea Arabica) Dan Margin Pemasaran Di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai. Agribisnis Kepulauan, 2(2) : 44 – 108.

Supriadi, H. 2014. Budidaya Tanaman Kopi Untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim. Perspektif, 13(1) : 35 – 52.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar