Selasa, 25 Oktober 2016

LAPORAN SINGLE BUD PADA TANAMAN TEBU



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya didaerah pulau Jawa. Perkembangan tanaman tebu sebagai tanaman penyumbang devisa terbesar selain tanaman kelapa sawit dimulai sejak zaman Belanda. Tanaman tebu dibudidayakan sebagai bahan baku pembuatan gula sehingga dalam pembudidayaannya memerlukan perlakuan khusus agar gula ataupun rendemen yang dihasilkan oleh tanaman tebu dapat tercapai dalam skala yang tinggi. Rendemen merupakan kandungan gula yang mampu dihasilkan oleh tanaman tebu dari hasil fotosintesis sehingga dapat terproduksi dengan teknik budidaya yang baik. Untuk itu, untuk mencapai tebu yang dapat berproduksi yang tinggi serta mempunyai rendemen yang tinggi perlu dilakukan perluasan areal ataupun pemeliharaan dan pengadaan bibit tebu yang memiliki kualitas dan daya tumbuh yang baik. Penggunaan varietas tebu yang mempunyai sifat unggul menjadi salah atu faktor yang sangat penting. Pengadaan benih atau bibit tebu dapat didukung melalui penggunaan teknologi yang dilakukan dengan cara penataan varietas benih yang bermutu, murni, dan sehat.
Penyediaan benih unggul tanaman tebu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu kultur jaringan ataupun penyediaan bibit dengan tepat yaitu menggunakan single bud planting. Hal ini disebabkan dalam pengadaan benih tebu melalui penangkaran yang semakin rendah sehingga diperlukan percepatan teknologi penyediaan bibit tebu secara tepat dengan mengurangi pembelian bibit tebu yang tidak terlalu tinggi. Varietas unggul merupakan varietas yang menunjukkan adaptasi dan produktivitas yang tinggi serta memiliki keunggulan-keunggulan tertentu khususnya daya tumbuuh, ketahanan terhadap hama penyakit, serta dari hasil rendemen yang dapat diproduksi. Penyediaan varietas unggul tanaman tebu biasanya terhambat oleh faktor waktu dikarenakan bibit tebu yang membutuhkan lama untuk dapat tumbuh jika menggunakan pembibitan biasa. Hal ini menyebabkan pengembangan tanaman tebu melalui perluasan areal dengan menggunakan teknologi penyiapan bibit yang cepat menjadi terhambat.
Teknologi pembibitan tanaman tebu menggunakan single bud merupakan suatu sistem pembibitan yang menggunakan satu mata tunas masih belum dikenal secara luas oleh petani atau pembudidaya tebu. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode pembibitan baru khususnya di Indonesia. Negara-negara maju dan berkembang lainnya sudah menerapkan metode single bud ini dan hasilnya produksi tebu di negara-negara tersebut mengalami peningkatan. Sebelumnya, upaya peningkatan produkstivitas tanaman tebu adalah dengan menanam bibit-bibit yang diperoleh dari metode konvensional. Akan tetapi, bibit-bibit yang diperoleh dari cara konvensional ternyata tidak mendukung kualitas dan kuantitas tanaman tebu yang diinginkan. Sehingga, berdasarkan masalah tersbut maka teknik atau metode pembibitan tanaman tebu melalui single bud perlu dilakukan guna untuk mencapai produksi yang diinginkan.
Metode single bud dalam pembibitan tanaman tebu yang menggunakan satu mata tunas untu ditanam kembali pada lahan budidaya ini, sangat penting untuk diketahui dari cara memperlakukan bibit tersbut sehingga dapat tumbuh secara optimal. Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga dalam penerapannya harus dilakukan sebaik mungkin agar bibit dari hadil single bud ini dapat menjadi bibit yang menghasilkan rendemen dan produktivitas yang tinggi. Pengetahuan mengenai proses atau langkah-langkah mulai dari klentek, hingga penanaman bibit kelahan sangat penting untuk menunjang keberhasilan single bud.

1.2  Tujuan
1.      Agar mahasiswa dapat mengerti sistem pembibitan single bud.
2.      Memahami cara perawatan bibit tebu pada pembibitan single bud.


BAB 3. METODOLOGI
3.1.   Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan judul acara “Pembibitan Tebu Metode Single Bud Planting dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015 dimulai pada pukul 15.00 – selesai.

3.2.   Alat dan Bahan
3.1.1.      Alat
1.    Botol aqua
2.    Sprayer
3.    Gergaji
4.    Timba
5.    Polybag

3.1.2.      Bahan
1.    Bud tebu
2.    Pasir
3.    Tanah
4.    Bahan organic
5.    Fungisida

3.3.   Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Memotong batang tanaman dalam bentuk budset satu mata, dengan panjang budset ±5 cm dengan posisi mata terletak ditengah-tengah.
3.      Merendam bud chips tersebut kedalam air panas (HWT)
4.      Melakukan treatment dengan fungisida selama 5 menit
5.      Membuat komposisi media dengan perlakuan tanah : pasir : BO (1:1:1), (2:1:1), dan (1:1:2)
6.      Menanam bud chips ke polybag
7.      Menutup bud chips dengan tanah
8.      Menyiram tanaman setiap 2 hari sekali pagi dan sore
9.      Setiap minggu dilakukan pengamatan sesuai dengan parameter yang diberikan selama 15 hari


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
            Bahas Data
            Berdasarkan data yang diperoleh, pembibitan tanaman tebu menggunakan teknologi single bud dilakukan dengan menggunakan beberapa perlakuan antara lain perlakuan media dan perlakuan atau aplikasi HWT (Hot Water Treatment). Untuk perlakuan media yaitu menggunakan media tanah, pasir dan bahan organik dengan perbandingan 2:1:1, 1:2:1, dan 1:1:2 untuk HWT maupun non HWT. Parameter yang diamati yaitu jumlah daun, panjang akar, tanaman hidup, tanaman mati, serta serangan OPT. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada hari ke-22 dan hari ke-30. Dari data yang diperoleh kelompok 1, untuk perlakuan HWT tidak ada yang berhasil tumbuh sedangkan untuk perlakuan non HWT 1:1:2 dan 2:1:1 berhasil tumbuh dan muncul beberapa anakan. Sedangkan untuk perlakuan 1:2:1tidak berhasil tumbuh atau muncul tunas baru. Selain itu juga terdapat OPT yang menyerang pada 2 tanaman yang berhasil tumbuh yang ditandai dengan gejala menguningnya daun pada bagian pucuk serta tepi daun. Gejala ini diduga karena tanaman kekurangan unsur hara. Berbeda dengan kelompok lain, masing-masing perlakuan memiliki daya tumbuh yang berbeda. untuk kelompok 2 perlakuan HWT berhasil tumbuh untuk semua perlakuan, sedangkan perlakuan non HWT tidak ada yang berhasil tumbuh. Sedangkan untuk kelompok 3 perlakuan HWT hanya berhasil tumbuh 2 tanaman, sedangkan untuk perlakuan non HWT berhasil hidup untuk semua perlakuan. Kelompok 4 perlakuan HWT tidak ada yang berhasil tumbuh, sedangkan non HWT berhasil tumbuh untuk semua perlakuan. Dan untuk kelompok 5, perlakuan HWT tidak ada yang berhasil tumbuh dan perlakuan non HWT perlakuan 2:1:1 dan 1:1:2 yang berhasil tumbuh. Keberhasilan pembibitan single bud pada dasarnya dipengaruhi oleh media, perlakuan, serta perawatan yang dilakukan. bibit yang diperlakukan dengan baik serta komposisi yang digunakan tepat maka akan meningkatkan keberhasilan pembibitan dengan menggunakan single bud ini. 
            Jelaskan ciri-ciri bud yang digunakan untuk SBP. Dan apa perbedaan bibit bagal dan bibit rayuan.
Ciri Ciri Bud

Perbedaan antara bibit bagal dan rayungan yaitu bibit bagal berasal dari lonjoran batang tebu bibit yang matanya belum berke-cambah, sesuai dengan pemotongannya dapat terdiri dalam bentuk bagalsatu, dua dan tiga mata. Sedangkan rayungan adalah bibit yang berasal dari pangkasan batang tebu yang matanya telah tumbuh tunas, bentuk bibit dapat terdiri dari satu tunas dan dua tunas rayungan dapat digunakan sebagai bahan tanam apabila tunas telahtumbuh antara 5 hingga 7 daun, umur bibit ± 45 har

            Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan viabilitas dari bibit tebu (literature)
            Menurut Putri dkk., (2013) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil pembibitan dengan teknik bud chip adalah media tanam. Komposisi media tanam yang digunakan pada teknik ini terdiri dari tanah, kompos dan pasir. Oleh sebab itu, pembuatan media yang tepat dan benar sangat penting untuk diperhatikan untuk meningkatkan viabilitas dari bibid tebu yang ditanam.
            Jelaskan langkah-langkah pembibitan SBP.
Langkah-langkah dalam pembibitan SBP antara lain :
a. Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan dibuat miring salah satu sisi panjangnya yang bertujuan untuk memperlancar proses drainase pada bedengan jika dalam bedengan terjadi kelebihan air.
Ukuran bedengan :
- Panjang : 7 meter
- Lebar : 1 meter
- Tinggi : 10 cm
- Tebal Bantalan/Lalahan : 4 cm
- Tebal Tanah Media : 5 cm
- Tebal Tanah Media Penutup : 1 cm

b. Kletek Bibit
- Sumber bibit harus jelas (Bersertifikasi)
- Asal bibit berasal dari koleksi KBP, KBN, KBI, dan KBD
- Bibit yang dikletek harus langsung diseleksi untuk menjaga kemurniannya dan disortasi, manakala terdapat bibit yang tercampur disendirikan.

c. Bor Mata Bibit
- Bibit yang sudah dikletek diambil mata tumbuhnya dengan cara dibor dengan diameter ± 2-3 cm tergantung mata bor yang dipergunakan.
- Bibit dipotong menjadi 3 bagian (Pucuk, Tengah, Bawah/Bongkot) dan dipisahkan perbagian untuk mempermudah sortasi.
- Dalam proses pengambilan/pengeboran mata bibit diusahakan posisi mata tetap berada di tengah.

d. HWT (Hot Water Treatment)
- Mata bibit yang telah di bor dikumpulkan dan dimasukan kedalam jaring (waring)
- Direndam dan dibersihkan dengan menggunakan air dingin untuk menghilangkan kotoran, sehingga tidak menghambat proses HWT.
- Setelah dilakukan perendaman dengan menggunakan air panas, mata bibit direndam dalam larutan Seed Treatment Insektisida (Cruiser 350 FS) selama ± 10 Menit.
- Setelah melalui tahapan perendaman Seed Treatment Insektisida selanjutnya mata bibit kembali direndam dalam larutan Zat Pengatur Tumbuh + Fungisida (Atonik) selama ± 10 Menit.

e. Sterilisasi Tanah/Media
- Tanah/media tanam adalah campuran antara kompor dan tanah dengan perbandingan 50 : 50, dicampur lalu diayak agar didapatkan campuran kompos dan tanah yang lembut
- Tanah/media hasil ayakan dimasukan kedalam karung, yang selanjutnya akan dikukus/dimasak seperti memasak nasi dalam dandang dengan suhu 100°C, selama ± 45 menit.
- Sterilisasi tanah dilakukan guna menghambat/mematikan biji-biji/benih-benih gulma dalam tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan mata bibit.
- Untuk pemanasannya bisa menggunakan kompor gas atau menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu atau briket batu bara.
- Untuk kontrol dan indikator suhu dipasang termometer 110°C pada drum/dandang.

f. Penanaman/Tanam
- Bedengan yang telah dibuat bantalan/lalahan dengan tebal ± 4 cm, lalu ditutup/dibungkus dengan menggunakan mulsa platik TS hitam sebagai pembatas bantalan/lalahan dengan tanah media di atasnya.
- Setelah di tutup mulsa plastik, bdengan diisi dengan tanah yang sudah dikukus/yang sudah disterilisasi dengan ketebalan ± 5 cm.
- Setelah bedengan diisi media tanah yang sudah disterilisasi, mata bibit ditanam dan diletakkan dengan jarak antar bibit 2 x 2 cm atau 3 x 3 cm, setelah itu mata bibit ditutup dengan tanah yang sudah disterilkan dengan ketebalan ± 1 cm (merem melek).
clip_image011
Gambar 8. Bedengan yang telah ditanami
- Perawatan yang dilakukan yaitu dengan cara menyiram mata bibit dalam bedengan 1 hari 2 kali (pagi dan sore) hari.
clip_image012
Gambar 9. Perawatan Bibit
-      (Tanaman umur ± 5-7 hari HST)

g. Transplanting ke Pot Tray
- Transplanting mata bibit dari bedengan ke pot tray dilakukan setelah mata bibit berumur ± 10-15 HST (Hari Setelah Tanam) atau tanaman mempunyai ± 2 helai daun.
- Pengambilan mata bibit dilakukan satu per satu dengan menggunakan bambu yang sudah kita design sedemikian rupa guna mempermudah pengambilan bibit dalam bedengan.
- Bibit yang sudah ditransplanting kedalam pot tray disiram dan selanjutnya ditempatkan diatas mulsa plastik/rak agar perakaran tidak menembus tanah.
- Pemeliharaan bibit dalam pot tray yaitu disiram 1 hari 2 kali (pagi dan sore hari), serta dilakukan pemupukan yang dilarutkan dalam air dengan dosis 2 gram/m² pot tray setiap 4-5 hari sekali.
- Setelah bibit berumur ± 2 – 2,5 bulan sudah bisa ditransplanting ke lahan/kebun.
clip_image013
Gambar 10. Tanaman umur ± 10 – 15 HST
clip_image014
Gambar 11. Pemindahan Bibit umur ± 10 – 15 HST ke Pot Tray
clip_image015
Gambar 12. Bibit umur 2 – 2,5 bulan (siap untuk ditransplanting)
clip_image017
Gambar 13. Bibit umur 3 – 5 bulan (sudah ditransplanting ke lahan/kebun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar