Selasa, 25 Oktober 2016

LAPORAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA TANAMAN KOPI



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kopi termasuk komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, sumber lapangan kerja, dan pengembangan wilayah. Area pertanaman kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta ha, yang tersebar di 33 provinsi. Sebagian besar pertanaman kopi Indonesia adalah kopi robusta dan sisanya kopi arabika. Produksi kopi Indonesia mencapai 697.543 ton/tahun. Sebagian besar (67,2% atau 469.000 ton) produksi kopi Indonesia diekspor ke berbagai negara, yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen utama kopi, terutama jenis robusta. Dibandingkan dengan kopi arabika, kopi robusta tidak membutuhkan perlakuan yang lebih. Kopi arabika merupakan jenis kopi yang memiliki kandungan kafein terbesar, yakni 0,8-1,4%, tumbuh di daerah ketinggian 700-1.700 m dpl dengan suhu 16-20oC, dan beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Kopi arabika sangat rentan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga dari segi perawatan dan pembudidayaannya memang butuh perhatian lebih dibanding kopi robusta.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut. Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen).
Permasalahan mengenai hama dan penyakit pada tanaman kopi bukanlah permasalahan baru lagi bagi petani. Hama dan penyakit tanaman kopi dapat datang kapan saja asalkan kondisi lingkungan yang mendukung. Penyakit pada tanaman kopi sangat bermacam mulai dari yang dapat menurunkan produksi dengan sangat besar maupun kecil. agar memudahkan dalam pengendalian serta teknik yang tepat maka perlu dilakukan identifikasi atau mengenali penyakit pada tanaman kopi. Selain penyakit, hama juga merupakan masalah yang penting pada pertanaman padi sehingga membutuhkan perlakuan khusus. Hama yang menyerang tanaman padi pada umumnya merupakan serangga-serangga kecil sehingga memerlukan pengamatan yang teliti terutama di lapang. Pengenalan hama dan penyakit pada tanaman padi merupakan hal yang sangat penting agar produktivitas tanaman padi tidak menurun akibat serangan hama dan penyakit. Pemahaman mengenai jenis dan macam hama penyakit pada tanaman kopi dapat dijadikan pedoman dalam menentukan teknik pengendalian yang sesuai sehingga tanaman kopi dapat beproduksi kembali dengan baik.

1.2  Tujuan
Praktikan mampu memahami dan mengerti tentang organisme pengganggu tanaman kopi.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Tanaman kopi merupakan inang dari berbagai hama arthropoda, banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis. Beberapa jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman kopi di Indonesia adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek batang (Zeuzera sp.), penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu putih (Ferrisia virgata), kutu tempurung (Coccus viridis) dan kutu daun (Aphis gossypii). Serangga kutu tempurung (C. viridis) disebut juga kutu lunak atau kutu sisik hijau kopi. Hama Kutu tempurung (C. viridis) merupakan hama dari golongan serangga (insecta) Ordo Homoptera dan family Coccidae. Kutu tempurung merupakan pemakan segala tanaman (polifag) dan tersebar di daerah tropis dan subtropis, diantaranya di Indonesia terutama di dataran rendah dan daerah yang memiliki udara kering (Rismayani, dkk., 2013).
            Penyakit tanaman disebabkan oleh organisme pathogen yang ada dilingkungan sekitar tanaman kopi. Penyakit pada tanaman kopi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti teknik pemangkasan yang tidak dilakukan, penggunaan pupuk secara berlebihan, dan kurangnya perawatan. Kerusakan dan perubahan pada tanaman kopi dapat menyebabkan kematian pada tanaman dan menurunnya hasil produksi maupun kerugian dalam bentuk materiil. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan penyakit yaitu host yang rentan, pathogen virulen, dan keadaan lingkungan yang ada pada tanaman kopi tersebut (Lopez, et al., 2012).
            Cuaca dan iklim pada suatu wilayah pertanaman atau budidaya kopi dapat menyebabkan tanaman kopi rentan akan terserang penyakit. Keadaan iklim atau penyakit yang dimaksud ialah peningkatan curah hujan, tingkat kelembaban yang tinggi dan lain sebagainya. Keadaan cuaca atau iklim yang seperti ini dapat menyebabkan penurunan produksi pada tanaman kopi, sehingg perlu dilakukan teknik teknik pencegahan seperti perawatan yang dilakukan sebaik mungkin mengingat tanaman kopi sangat rentan terhadap beberapa jenis penyakit (Iscaro, 2014).
Rendahnya produktivitas kopi antara lain disebabkan oleh gangguan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang merupakan penyakit paling merugikan usaha tani kopi di Indonesia. penyebab penyakit karat daun kopi, yaitu jamur Hemileia. Meluasnya bercak pada daun sebagai tanda berkembangnya penyakit, menyebabkan area fotosintesis berkurang secara signifikan yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan tanaman. Banyaknya daun yang gugur sebagai gejala lanjut dari penyakit ini menyebabkan jumlah bunga yang terbentuk berkurang, yang berdampak pada turunnya jumlah biji kopi yang dihasilkan tanaman. Secara spesifik, perkembangan penyakit karat daun kopi dipengaruhi oleh patogen H. vastatrix, kondisi tanaman kopi, dan lingkungan kebun (Mahfud, 2012).
Hemileia vastatrix adalah jamur tertentu obligat-host dan ditandai dengan lapisan tepung kuning-oranye urediniospora meliputi bawah daun kopi. Penyakit ini membutuhkan suhu 10 ° C hingga 35 ° C dan air cair untuk berkembang dan hidup. Jamur ini adalah penyakit utama kopi Arabika menyebabkan kerugian yang sangat signifikan secara ekonomi dan telah dilaporkan dari lebih lima puluh negara berkembang mengalami maslah serupa yang penyebabnya adalah hama H. vastatrix ini. Gejala karat yang parah dapat menyebabkan hilangnya dedaunan hingga 50% pada pohon tanaman kopi (Alworo dan Gichuru, 2014).
            Selain penyakit, tanaman kopi juga sangat rentan terhadap serangan hama. Hama dapat diartikan sebagai organisme yang dapat mengurangi ketersediaan kualitas ataupu nilai sumberdaya  yang banyak dimiliki oleh manusia.  Hamas secara taksonomi bersal dari golongan mikroorganisme hingga sampai ke mamalia. Hama mempunyai berbagai cara yang dilakukan dengan cara berkompetisi  dengan manusia. Akan tetapi hama  adalah bukan merupakan property yang ditularkan oleh sebuah species. (Purnomo, 2010)
Permasalahan pada  pertanaman kopi tidak hanya muncul dari bentuk biji dan juga kualitas kopi tersebut, tetapi permasalahn datang dari beberapa hama yang menyerang dari bagian berbagai tanamann kopi itu sendiri seperti bagian daun kopi yang akan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman kopi. Masalah yang paling penting dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas kopi adalah serangan organisme penganggu tanaman dan belum berkembang  kelembagaan pusat . Salah satu yang menyebabkan  pada tanaman kopi adalah kerusakan yang diakibatkan oleh hama penggerek buah kopi yang dapat menyebabkan penurunan hingga 40-50% dan juga penyusutan 30-40% (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia, hama PBKo mengakibatkan kerugian cukup besar, terutama pada perkebunan kopi rakyat yang porsinya lebih dari 90%. Rata-rata tingkat serangan PBKo pada kopi rakyat di Indonesia diperkirakan lebih dari 20% dengan mengakibatkan kehilangan hasil rata-rata sebesar lebih dari 10%. Dalam penggunaan komponen pengendalian non-pestisida, beberapa agens hayati ternyata cukup efektif dalam menekan tingkat serangan hama PBKo. Agens hayati yang paling banyak digunakan adalah jamur  entomopatogenik Beauveria bassiana (Wiryadiputra, 2014).
            Hama bubuk buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) merupakan hama utama yang sangat meresahkan petani. Persentase serangan dapat mencapai hidup serangga hama dengan cara meniadakan 30-60 % yang menyebabkan kehilangan hasil serta me- makanannya. Pengendalian secara biologi dengan nurunnya mutu produksi. Pengendalian dengan menggunakan insektisida kimia pada hama ini kurang efektif karena hampir stadium perkembangan serangga hama tersebut berada didalam buah kopi sehingga produksi kopi jadi menurun. Aplikasi insektisida terus menerus juga akan menyebabkan hama ini mengalami resisten terhadap insektisida yang digunakan. Hama ini akan menyerang buah kopi ketika kopi sudah tua sehingga sulit untuk dilakukan pencegahan (Laila, dkk., 2011). Suhartono, dkk., (2014) juga menyebutkan bahwa Pada dasarnya masalah ini dapat dengan mudah dicegah. Hal ini dapat dilakukan jika hanya petani tahu apa jenis penyakit yang menyerang tanaman, dan bagaimana memberikan pengobatan yang tepat untuk kopi penyakit tanaman. Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh yaitu dengan mengembangkan sistem pakar yang mendukung deteksi penyakit dalam kopi tanaman, khususnya di Indonesia.


BAB. 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan acara “Organisme Penggangu Tanaman Pada Tanaman Kopi” yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 September 2015 Pukul 15.00-17.00 WIB di Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.      Tanaman Kopi

3.2.2        Alat
1.      Kamera
2.      Alat Tulis
3.      Lembar Kerja

3.2 Cara Kerja
1.      Mempersiapkan worksheet, alat tulis, kamer.
2.      Mengamati OPT pada tanaman kopi sesuai dengan worksheet yang telah disediakan
3.      Mengambil gambar OPT maupun gejala serangan yang ada dilapang dengan membuka kamera
4.      Gambar yang sudah diperoleh selanjutnya dideskripsikan secara singkat dan membandingkan dengan gambar yang ada di literature.




BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
N434O
NAMA
GAMBAR HAMA
GAMBAR GEJALA
HasilPengamatan
Literatur
HasilPengamatan
Literatur
1
KutuPutih (Coccusviridis)
 
Sumber: DokumenPribadi
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTjICwxjszTIMoV0hPUJWg97kd2LTW6rwowEI0y2hg5eMlPq6La
Sumber: Balfas (2008) 
 
Sumber: DokumenPribadi
 
Sumber: Energiterbarukan (2008)
2
PenggerekBuah kopi/bubukbuah kopi (HypothenemusHampei)
 
Sumber: DokumenPribadi
 
Sumber: Pratowo., dkk (2010)
 
Sumber: DokumenPribadi
 
4.1.1        E344444

4.1.2    TabelHasilPengamatan Opt Aspek Penyakit
NO
NAMA
GAMBAR PATOGEN
GAMBAR GEJALA
HasilPengamatan
Literatur
1
Karat Daun (HemileiaVastatrix)
Sumber: Pratowo., dkk (2010)
Sumber: Dokumenpribadi
Sumber: Hulupidan Martini (2013)
2
BercakDaun (Mycosphaerellacoffiecola
Sumber: Sumber: Liberto and Shivas (2006)
Sumber: Dokumenpribadi
Sumber: Liberto and Shivas (2006)

4.2  Pembahasan
            Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, kelompok 1 menemukan beberap hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman kopi yang diperlakukan. Hama yang didapat antara lain hama penggerek buah kopi (PBKo), ulat atau larva, Penggerek cabang, kutu putih, dan kutu hijau. Hama yang ditemukan masih dalam jumlah sedikit yaitu hanya 3-4 ekor pada satu pohon tanaman kopi. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor-faktor lingkkungan yang kurang menndukung kehidupan hama tanaman kopi sehingga jarang sekali ditemukan. Selain itu, pohon kopi yang ada dilahan masih jarang sekjali berbuah sehingga hama yang ditemukan pun juga sangat sedikit. Sedangkan penyakit yang ditemukan pada tanaman kopi yang dibudidayakan antara lain bercak daun, karat daun, dan jamur upas. Intensitas serangan penyakit yang ada pada tanaman kopi yang diperlakukan juga terbilang tidak terlalu membahayakan karena serangan penyakit masih sedikit jumlahnya dan dapat dikendalikan dengan cara-cara mekanis maupun dengan mengandalkan perawatan yang lebih intensif lagi. Penyakit-penyakit yang ditemukan dipohon kopi, pada dasarnya hanya berupa spot atau bagian-bagian daun saja dan masih belum menyebar. Oleh sebab itu, perlu diadaknnya pengendalian yang tepat sebelum penyakit tersebut menyebar dan menurunkan hasil produksi kopi yang dibudidayakan.

Jelaskan mengenai biologi, siklus hidup dan teknik pengendalian hama pada tanaman kopi.
Hama penting pada tanaman kopi yaitu penggerek buah kopi (PBKo), penggerek cabang kopi, penggerek batang, kutu hijau dan kutu putih. Masing-masing hama tersebut memiliki biologi dan siklus hidup yang berbeda.
1.      Penggerek Buah Kopi 
Penggerek buah kopi (PBKo) yaitu Hypothenemus hampei, Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera. PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Hama ini berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama hidup serangga betina ratarata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari.
Siklus hidup penggerek buah kopi yaitu : 
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
Teknik pengendalian penggerek buah kopi :
Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan petik bubuk, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15 –30 hari menjelang panen besar. Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan/rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK. Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen.
2.      Penggerek cabang kopi
Secara biologi, hama penggerek cabang kopi terutama yang betina akan membuat lubang dan masuk ke ranting, lalu menggali lubang selama 15 jam kemudian berhenti untuk menunggu perkembangan jamur ambrosia. Sesudah dinding dalam diselubungi jamur maka serangga betina akan kawin dengan seranggan jantan. Jumlah telur yang dihasilkan yaitu 30 – 50 butir dan menetas dalam jangka waktu 5 hari.stadia larva 10 hari, stadia pupa 7 hari dan akhirnya dewasa.
Siklus hidup hama penggerek cabang kopi yaitu serangga dewasa akan nertelur didalam cabang setelah kawin dengan jantannya. Stadia telur berkembang menjadi larva selama 10 hari. Setelah stadia larva berhenti, serangga akan menjadi pupa selama 7 hari dan keluar menjadi dewasa.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan mush alami dari serangga penggerek cabang yaitu Tetrastichus. Ataupun dapat menggunakan pestisida nabati.
3.      Penggerek batang kopi
Secara morfologi, penggerek batang kopi mempunyai warna kuning kemerahan/kuning keunguan yang akan berubah menjadi kuning kehitaman menjelang menetas.
Siklus hidup hama ini yaitu telur akan diletakkan dicelah kulit kayu oleh betinanya. telur akan menetas menjadi ulat. Ulat yang berkembang dengan baik kemudian menjadi kepompong dan tumbuh lagi menjadi dewasa atau ngengat.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mekanis. Cara mekanis yang dimaksud adalah menutup bekas lubang gerekan dan memusnahkan ulat yang ditemukan dengan cara dibakar.
4.      Kutu hijau
Secara biologi, kutu hijau merupakan serangga yang tidak berpindah tempat dalam fase hidupnya sehingga tetap tinggal disatu tempat untuk menghisap cairan tanaman kopi.
Siklus hidupnya yaitu telur – ulat – kepompong – dewasa. Telur akan menetas selama 45 – 65 hari setelah peletakan. Teknik pengendalian yang tepat yaitu dengan memanfaatkan kumbang helm sebagai musuh alami dan juga melaui infeksi penyakit pada hama yaitu Verticillium.
5.      Kutu putih
Bentuk betina dan jantan dewasa berbeda. nimfa merupakan stadia yang mulai menyerap cairan tanaman. Betina berbentuk oval dengan banyak lilin putih. Betina tidak mempunyai sayap sedangkan jantan mempunyai sayap. Siklus hidupnya mulai dari telur – ulat – kepompong – dan dewasa. Teknik pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan agens hayati.
6.      Kutu Dompolan (Pseudococus sp) 
Kutu dompolan atau Pseudococcus sp. menyerang tanaman dengan cara mengisap, mengisap cairan kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda. Akibat seragan hama ini, pertumbuhan tanaman terhenti, daun-daun menguning, calon bunga gagal menjadi bunga dan buah rontok. Bila buah yang diserang tidak rontok maka perkembangan akan terhambat dan kulit keriput sehingga kualitas buah rendah. Ciri-ciri kutu dompolan adalah berbentuk bulat lonjong agak pipih. Tubuh larva dan betina ditutupi oleh lilin berwarna putih. Kutu jantan tidak ditutupi oleh lilin dan bersayap. Satu ekor kutu bisa menghasilkan 50–200 telur.
           
            Penyakit pada tanaman kopi bermacam-macam. Penyakit yang biasa menyerang tanaman kopi pada lahan budidaya antara lain ;
1.      Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix) 
Penyakit Karat Daun  Penyakit Karat Daun 2
Penyakit karat daun kopi disebabkan oleh H. vastatrix yang dapat menyerang dipembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat.
Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada serangan berat pohon tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul. Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara. Pengendalian yang dilakukan oleh petani ialah melakukan peremajaan seperti pemupukan, dan pemangkasan. Hal ini dapat memotong siklus perkembangan penyakit, karena intensitas sinar matahari yang cukup menekan kelembaban yang tinggi.
Cendawan ini bersifat heterotroph dan memiliki tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif.
2.      Cercospora coffeicola 
Penyakit bercak daun kopi disebabkan oleh jamur C. coffeicola yang dapat muncul di pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Daun yang sakit timbul bercak berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna kuning. Buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke biji sehingga menurunkan kualitas. Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang kurang mendapat pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan aliran air hujan serta alat-alat pertanian.
Pengendalian penyakit dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan yang intensif, seperti membuang bagian – bagian yang sakit dan selanjutnya dibenamkan di dalam tanah. Mengurangi kelembaban dengan pemangkasan yang teratur, pengaturan naungan dan drainase. 
3. Capnodium sp. 
cf
Gejala lain yang sering terlihat adalah adanya daun-daun disekitar koloni kutu, terutama daun-daun dibawahnya yang ditumbuhi cendawan jelaga (Capnodium sp) yang berwarna hitam. Gejala ini tidak khas, karena ada jenis kutu lain yang juga menimbulkan gejala seperti itu
Pengendaliannya cendawan jelaga tumbuh dengan memanfatkan embun madu yang dikeluarkan oleh kutu tempurung hijau yang biasanya menempel pada permukaan atas daun atau ranting yang ada dibawah koloni kutu. Kadang kala pada saat itu terdapat pula koloni semut yang memanfatkan embun madu. Jenis semut yang biasanya ditemukan adalah semut gramang (Anoplolepis longipes Jerd).
3.      Penyakit Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C. salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun paralel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora. Gejala yang Nampak yaitu cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang labalaba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak.
4.      Penyakit Akar
Penyakit ini disebabkan oleh jamur R. micropus. Gejala yang ada pada tanaman yang terserang yaitu daun berwarna hijau kekuningan, kusam, layu dan menggantung. Seluruh daun menguning kemudian layu secara bersamaan dan menering dicabang. Penyakit akar ini dibedakan menjadi yaitu penyakit akar coklat, penyakit akar hitam, dan penyakit akar putih. Gejala yang terjadi akibat penyakit jamur coklat yaitu akar tunggang akan tertutupi oleh kerak yang terdiri dari butir-butir tanah yang melekat daun. Sedangkan gejala pada penyakit akar hitam yaitu pangkal batang dan permukaan kayu akar terdapat titik hitam. Dan gejala yang terjadi pada penyakit akar putih yaitu terdapat benang jamur yang berwarna putih dan menjalar sepanjang akar. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara membongkar pohon terserang sampai akarnya lalu dilakukan pembakaran. Lubang bekas bongkaran dibiarkan terbuka selam satu tahun dengan tujuan agar jamur yang terdapat ditanah benar-benar mati. selain itu pengendalian juga dapat dilakukan dengan menaburi tricoderma pada sekitar tanaman yang sehat dan pupuk organik dan diulang setiap 6 bulan.
5.      Nematode
Penyakit ini biasanya akan menyebabkan tanaman kopi menjadi kerdil, daun akan menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang-cabang primer akan akan terhamvat dan akan menyebabkan tanaman menghasilkan sedikit bunga, buah premature dan banyak yang kosong. Bagian akar serabut membusuk dan putus sehingga habis. Pada serangan yang parah dapat menyebabkan tanaman kopi menjadi mati. pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mencabut tanaman yang telah terinfeksi kemudian menanam tanaman yang baru.




BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal sebagai berikut
1.      Hama dan penyakit pada tanaman kopi sangat beragam dan dapat menurunkan produksi dari tanaman kopi.
2.      Hama pada tanaman padi yang ditemukan dilapang antara lain, penggerek buah kopi (PBKo), penggerek cabang, ulat/larva, penggerek batang, kutu putih, dan kutu hijau.
3.      Penyakit yang ditemukan dilahan budidaya kopi antara lain penyakit bercak daun, karat daun, dan jamur upas.
4.      Pengendalian  hama penyakit pada tanaman kopi ini  dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun alami yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alami.
5.      Penggunaan musuh alami seperti jamur, serangga parasitoid, dan pengendalian mekanis dengan menggunakan cara sanitasi, pembakaran hama yang ditemukan akan dapat meminimalkan resiko kehilangan hasil produksi.

5.1  Saran
Praktikum yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, untuk kedepannya semoga lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA
Alwora, G. O., dan Gichuru. 2014. Advances in the Management of Coffee Berry Disease and Coffee Leaf Rust in Kenya. Renewable Agriculture, 2(1) : 5 – 10.

Iscaro, J. 2014. The Impact of Climate Change on Coffee Production in Colombia and Ethiopia. Global Majority, 5(1) : 33 – 43.

Laila, M. S. I., Agus, N., dan Saranga, A. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Fitomedika, 7(3) : 162 – 166.

Lopez, R. Y., Pacheco, I. T., Gonzalez, R. G.G., Hernandez, M. I., Carranza, Q., dan Garcia, E. R. 2012. The effect of climate change on plant diseases. Biotechnology, 11(10) : 2417 – 2428.

Mahfud, M. C. 2012. Teknologi Dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian,5(1) : 44-57.

Purnomo, Hari. 2010. Pengendalian Hayati.  CV. Andi Offset
Rahardjo, Pudji. 2012. Kopi. Penebar Swadaya.

Rismayani, Rubiyo, Dan Ibrahim, M. S. D. 2013. Dinamika Populasi Kutu Tempurung (Coccus Viridis) Dan Kutudaun (Aphis Gossypii) Pada Tiga Varietas Kopi Arabika (Coffea Arabica). Littri, 19(4) : 159 -166.

Suhartono, D., Aditya, W., Lestari, M., dan Yasin, M. 2013. Expert System in Detecting Coffee Plant Diseases. Electrical Energy, 1(3) : 156 – 162.

Wiryadiputra, S. 2014. Pola Distribusi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei) Pada Kopi Arabika Dan Robusta. Pelita Perkebunan, 30(2) : 123–136.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar