BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi termasuk komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi
cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa,
sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, sumber lapangan kerja,
dan pengembangan wilayah. Area pertanaman kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta
ha, yang tersebar di 33 provinsi. Sebagian besar pertanaman kopi Indonesia
adalah kopi robusta dan sisanya kopi arabika. Produksi kopi Indonesia mencapai
697.543 ton/tahun. Sebagian besar (67,2% atau 469.000 ton) produksi kopi
Indonesia diekspor ke berbagai negara, yang menempatkan Indonesia sebagai salah
satu negara produsen utama kopi, terutama jenis robusta. Dibandingkan dengan
kopi arabika, kopi robusta tidak membutuhkan perlakuan yang lebih. Kopi arabika merupakan jenis kopi yang memiliki kandungan kafein
terbesar, yakni 0,8-1,4%, tumbuh di daerah ketinggian 700-1.700 m dpl dengan
suhu 16-20oC, dan beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Kopi
arabika sangat rentan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), terutama
bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 m, sehingga dari segi
perawatan dan pembudidayaannya memang butuh perhatian lebih dibanding kopi
robusta.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini
selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara
lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang
dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut. Tumbuhan menjadi sakit apabila
tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh
agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit
tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua
komponen (tumbuhan dan patogen).
Permasalahan
mengenai hama dan penyakit pada tanaman kopi bukanlah permasalahan baru lagi
bagi petani. Hama dan penyakit tanaman kopi dapat datang kapan saja asalkan
kondisi lingkungan yang mendukung. Penyakit pada tanaman kopi sangat bermacam
mulai dari yang dapat menurunkan produksi dengan sangat besar maupun kecil.
agar memudahkan dalam pengendalian serta teknik yang tepat maka perlu dilakukan
identifikasi atau mengenali penyakit pada tanaman kopi. Selain penyakit, hama juga
merupakan masalah yang penting pada pertanaman padi sehingga membutuhkan
perlakuan khusus. Hama yang menyerang tanaman padi pada umumnya merupakan
serangga-serangga kecil sehingga memerlukan pengamatan yang teliti terutama di
lapang. Pengenalan hama dan penyakit pada tanaman padi merupakan hal yang
sangat penting agar produktivitas tanaman padi tidak menurun akibat serangan
hama dan penyakit. Pemahaman mengenai jenis dan macam hama penyakit pada
tanaman kopi dapat dijadikan pedoman dalam menentukan teknik pengendalian yang
sesuai sehingga tanaman kopi dapat beproduksi kembali dengan baik.
1.2 Tujuan
Praktikan mampu memahami dan mengerti tentang organisme pengganggu
tanaman kopi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman
kopi merupakan inang dari berbagai hama arthropoda, banyak terdapat di daerah
tropis dan subtropis. Beberapa jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman
kopi di Indonesia adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.),
penggerek batang (Zeuzera sp.), penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu putih
(Ferrisia virgata), kutu tempurung (Coccus viridis) dan kutu daun (Aphis
gossypii). Serangga kutu tempurung (C. viridis) disebut juga kutu lunak
atau kutu sisik hijau kopi. Hama Kutu tempurung (C. viridis) merupakan
hama dari golongan serangga (insecta) Ordo Homoptera dan family
Coccidae. Kutu tempurung merupakan pemakan segala tanaman (polifag) dan
tersebar di daerah tropis dan subtropis, diantaranya di Indonesia terutama di
dataran rendah dan daerah yang memiliki udara kering (Rismayani, dkk., 2013).
Penyakit tanaman
disebabkan oleh organisme pathogen yang ada dilingkungan sekitar tanaman kopi.
Penyakit pada tanaman kopi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti teknik
pemangkasan yang tidak dilakukan, penggunaan pupuk secara berlebihan, dan
kurangnya perawatan. Kerusakan dan perubahan pada tanaman kopi dapat
menyebabkan kematian pada tanaman dan menurunnya hasil produksi maupun kerugian
dalam bentuk materiil. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam
perkembangan penyakit yaitu host yang rentan, pathogen virulen, dan keadaan
lingkungan yang ada pada tanaman kopi tersebut (Lopez, et al., 2012).
Cuaca dan iklim pada
suatu wilayah pertanaman atau budidaya kopi dapat menyebabkan tanaman kopi
rentan akan terserang penyakit. Keadaan iklim atau penyakit yang dimaksud ialah
peningkatan curah hujan, tingkat kelembaban yang tinggi dan lain sebagainya.
Keadaan cuaca atau iklim yang seperti ini dapat menyebabkan penurunan produksi
pada tanaman kopi, sehingg perlu dilakukan teknik teknik pencegahan seperti
perawatan yang dilakukan sebaik mungkin mengingat tanaman kopi sangat rentan
terhadap beberapa jenis penyakit (Iscaro, 2014).
Rendahnya produktivitas kopi
antara lain disebabkan oleh gangguan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix),
yang merupakan penyakit paling merugikan usaha tani kopi di Indonesia. penyebab
penyakit karat daun kopi, yaitu jamur Hemileia. Meluasnya bercak pada
daun sebagai tanda berkembangnya penyakit, menyebabkan area fotosintesis
berkurang secara signifikan yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan tanaman.
Banyaknya daun yang gugur sebagai gejala lanjut dari penyakit ini menyebabkan
jumlah bunga yang terbentuk berkurang, yang berdampak pada turunnya jumlah biji
kopi yang dihasilkan tanaman. Secara spesifik, perkembangan penyakit karat daun
kopi dipengaruhi oleh patogen H. vastatrix, kondisi tanaman kopi, dan
lingkungan kebun (Mahfud, 2012).
Hemileia vastatrix adalah jamur tertentu
obligat-host dan ditandai dengan lapisan tepung kuning-oranye urediniospora meliputi
bawah daun kopi. Penyakit ini membutuhkan suhu 10 ° C hingga 35 ° C dan air
cair untuk berkembang dan hidup. Jamur ini adalah penyakit utama kopi Arabika
menyebabkan kerugian yang sangat signifikan secara ekonomi dan telah dilaporkan
dari lebih lima puluh negara berkembang mengalami maslah serupa yang
penyebabnya adalah hama H. vastatrix ini. Gejala karat yang parah dapat
menyebabkan hilangnya dedaunan hingga 50% pada pohon tanaman kopi (Alworo dan
Gichuru, 2014).
Selain
penyakit, tanaman kopi juga sangat rentan terhadap serangan hama. Hama dapat diartikan sebagai organisme yang dapat
mengurangi ketersediaan kualitas ataupu nilai sumberdaya yang banyak dimiliki oleh manusia. Hamas secara taksonomi bersal dari golongan
mikroorganisme hingga sampai ke mamalia. Hama mempunyai berbagai cara yang
dilakukan dengan cara berkompetisi
dengan manusia. Akan tetapi hama
adalah bukan merupakan property yang ditularkan oleh sebuah species.
(Purnomo, 2010)
Permasalahan pada
pertanaman kopi tidak hanya muncul dari bentuk biji dan juga kualitas
kopi tersebut, tetapi permasalahn datang dari beberapa hama yang menyerang dari
bagian berbagai tanamann kopi itu sendiri seperti bagian daun kopi yang akan
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman kopi. Masalah yang paling penting dalam
upaya untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas kopi adalah serangan
organisme penganggu tanaman dan belum berkembang kelembagaan pusat . Salah satu yang
menyebabkan pada tanaman kopi adalah
kerusakan yang diakibatkan oleh hama penggerek buah kopi yang dapat menyebabkan
penurunan hingga 40-50% dan juga penyusutan 30-40% (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia, hama PBKo mengakibatkan
kerugian cukup besar, terutama pada perkebunan kopi rakyat yang porsinya lebih
dari 90%. Rata-rata tingkat serangan PBKo pada kopi rakyat di Indonesia
diperkirakan lebih dari 20% dengan mengakibatkan kehilangan hasil rata-rata
sebesar lebih dari 10%. Dalam penggunaan komponen pengendalian non-pestisida,
beberapa agens hayati ternyata cukup efektif dalam menekan tingkat serangan
hama PBKo. Agens hayati yang paling banyak digunakan adalah jamur entomopatogenik Beauveria bassiana
(Wiryadiputra, 2014).
Hama bubuk buah kopi (Hypothenemus
hampei Ferr.) merupakan hama utama yang sangat meresahkan petani. Persentase
serangan dapat mencapai hidup serangga hama dengan cara meniadakan 30-60 % yang
menyebabkan kehilangan hasil serta me- makanannya. Pengendalian secara biologi
dengan nurunnya mutu produksi. Pengendalian dengan menggunakan insektisida
kimia pada hama ini kurang efektif karena hampir stadium perkembangan serangga
hama tersebut berada didalam buah kopi sehingga produksi kopi jadi menurun.
Aplikasi insektisida terus menerus juga akan menyebabkan hama ini mengalami
resisten terhadap insektisida yang digunakan. Hama ini akan menyerang buah kopi
ketika kopi sudah tua sehingga sulit untuk dilakukan pencegahan (Laila, dkk.,
2011). Suhartono, dkk., (2014) juga menyebutkan bahwa Pada dasarnya masalah ini dapat
dengan mudah dicegah. Hal ini dapat dilakukan jika hanya petani tahu apa jenis
penyakit yang menyerang tanaman, dan bagaimana memberikan pengobatan yang tepat
untuk kopi penyakit tanaman. Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh yaitu
dengan mengembangkan sistem pakar yang mendukung deteksi penyakit dalam kopi
tanaman, khususnya di Indonesia.
BAB.
3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman
Perkebunan dengan acara “Organisme
Penggangu Tanaman Pada Tanaman Kopi” yang dilaksanakan
pada hari Sabtu tanggal 26
September 2015 Pukul 15.00-17.00 WIB di Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Tanaman
Kopi
3.2.2
Alat
1. Kamera
2. Alat
Tulis
3. Lembar Kerja
3.2
Cara Kerja
1. Mempersiapkan worksheet, alat tulis, kamer.
2. Mengamati OPT pada tanaman kopi sesuai dengan
worksheet yang telah disediakan
3. Mengambil gambar OPT maupun gejala serangan yang ada
dilapang dengan membuka kamera
4.
Gambar yang
sudah diperoleh selanjutnya dideskripsikan secara singkat dan membandingkan
dengan gambar yang ada di literature.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
N434O
|
NAMA
|
GAMBAR HAMA
|
GAMBAR GEJALA
|
||
HasilPengamatan
|
Literatur
|
HasilPengamatan
|
Literatur
|
||
1
|
KutuPutih (Coccusviridis)
|
Sumber: DokumenPribadi
|
Sumber: Balfas (2008)
|
Sumber: DokumenPribadi
|
Sumber:
Energiterbarukan (2008)
|
2
|
PenggerekBuah kopi/bubukbuah kopi (HypothenemusHampei)
|
Sumber: DokumenPribadi
|
Sumber: Pratowo., dkk
(2010)
|
Sumber: DokumenPribadi
|
4.1.1
E344444
NO
|
NAMA
|
GAMBAR PATOGEN
|
GAMBAR GEJALA
|
|
HasilPengamatan
|
Literatur
|
|||
1
|
Karat Daun (HemileiaVastatrix)
|
Sumber: Pratowo., dkk
(2010)
|
Sumber: Dokumenpribadi
|
Sumber: Hulupidan
Martini (2013)
|
2
|
BercakDaun (Mycosphaerellacoffiecola
|
Sumber: Sumber:
Liberto and Shivas (2006)
|
Sumber: Dokumenpribadi
|
Sumber: Liberto and
Shivas (2006)
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan,
kelompok 1 menemukan beberap hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman kopi
yang diperlakukan. Hama yang didapat antara lain hama penggerek buah kopi
(PBKo), ulat atau larva, Penggerek cabang, kutu putih, dan kutu hijau. Hama
yang ditemukan masih dalam jumlah sedikit yaitu hanya 3-4 ekor pada satu pohon
tanaman kopi. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor-faktor lingkkungan yang
kurang menndukung kehidupan hama tanaman kopi sehingga jarang sekali ditemukan.
Selain itu, pohon kopi yang ada dilahan masih jarang sekjali berbuah sehingga
hama yang ditemukan pun juga sangat sedikit. Sedangkan penyakit yang ditemukan
pada tanaman kopi yang dibudidayakan antara lain bercak daun, karat daun, dan
jamur upas. Intensitas serangan penyakit yang ada pada tanaman kopi yang
diperlakukan juga terbilang tidak terlalu membahayakan karena serangan penyakit
masih sedikit jumlahnya dan dapat dikendalikan dengan cara-cara mekanis maupun
dengan mengandalkan perawatan yang lebih intensif lagi. Penyakit-penyakit yang
ditemukan dipohon kopi, pada dasarnya hanya berupa spot atau bagian-bagian daun
saja dan masih belum menyebar. Oleh sebab itu, perlu diadaknnya pengendalian
yang tepat sebelum penyakit tersebut menyebar dan menurunkan hasil produksi
kopi yang dibudidayakan.
Jelaskan
mengenai biologi, siklus hidup dan teknik pengendalian hama pada tanaman kopi.
Hama
penting pada tanaman kopi yaitu penggerek buah kopi (PBKo), penggerek cabang
kopi, penggerek batang, kutu hijau dan kutu putih. Masing-masing hama tersebut memiliki biologi
dan siklus hidup yang berbeda.
1.
Penggerek
Buah Kopi
Penggerek buah kopi (PBKo) yaitu Hypothenemus hampei, Famili
Scolytidae, Ordo Coleoptera. PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji
kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang
betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah
dengan buat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang
sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Hama ini berwarna
hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm.
Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium
telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium
pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama
hidup serangga betina rata‐rata 156 hari dan
serangga jantan maksimum 103 hari.
Siklus hidup penggerek buah kopi yaitu :
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi
dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek
biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari
kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina
terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang
sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
Teknik pengendalian
penggerek buah kopi :
Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan memutus
daur hidup BBK, meliputi tindakan petik bubuk, yaitu mengawali panen dengan
memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15 –30 hari menjelang panen
besar. Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap
buah terserang maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam
dalam air panas. Racutan/rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon
pada akhir panen. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam
air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman
terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK. Pengendalian secara biologi:
Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria
bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan padat per
hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen.
2. Penggerek cabang kopi
Secara biologi, hama penggerek cabang kopi terutama
yang betina akan membuat lubang dan masuk ke ranting, lalu menggali lubang
selama 15 jam kemudian berhenti untuk menunggu perkembangan jamur ambrosia.
Sesudah dinding dalam diselubungi jamur maka serangga betina akan kawin dengan
seranggan jantan. Jumlah telur yang dihasilkan yaitu 30 – 50 butir dan menetas
dalam jangka waktu 5 hari.stadia larva 10 hari, stadia pupa 7 hari dan akhirnya
dewasa.
Siklus hidup hama penggerek cabang kopi yaitu serangga
dewasa akan nertelur didalam cabang setelah kawin dengan jantannya. Stadia
telur berkembang menjadi larva selama 10 hari. Setelah stadia larva berhenti,
serangga akan menjadi pupa selama 7 hari dan keluar menjadi dewasa.
Pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan mush alami dari serangga
penggerek cabang yaitu Tetrastichus. Ataupun
dapat menggunakan pestisida nabati.
3.
Penggerek batang kopi
Secara morfologi, penggerek batang kopi mempunyai
warna kuning kemerahan/kuning keunguan yang akan berubah menjadi kuning
kehitaman menjelang menetas.
Siklus hidup hama ini yaitu telur akan diletakkan
dicelah kulit kayu oleh betinanya. telur akan menetas menjadi ulat. Ulat yang
berkembang dengan baik kemudian menjadi kepompong dan tumbuh lagi menjadi dewasa
atau ngengat.
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
mekanis. Cara mekanis yang dimaksud adalah menutup bekas lubang gerekan dan
memusnahkan ulat yang ditemukan dengan cara dibakar.
4. Kutu hijau
Secara biologi, kutu hijau merupakan serangga yang
tidak berpindah tempat dalam fase hidupnya sehingga tetap tinggal disatu tempat
untuk menghisap cairan tanaman kopi.
Siklus
hidupnya yaitu telur – ulat – kepompong – dewasa. Telur akan menetas selama 45
– 65 hari setelah peletakan. Teknik pengendalian yang tepat yaitu dengan
memanfaatkan kumbang helm sebagai musuh alami dan juga melaui infeksi penyakit
pada hama yaitu Verticillium.
5. Kutu putih
Bentuk betina dan jantan dewasa berbeda. nimfa
merupakan stadia yang mulai menyerap cairan tanaman. Betina berbentuk oval
dengan banyak lilin putih. Betina tidak mempunyai sayap sedangkan jantan
mempunyai sayap. Siklus hidupnya mulai dari telur – ulat – kepompong – dan
dewasa. Teknik pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menggunakan agens
hayati.
6. Kutu Dompolan (Pseudococus sp)
Kutu dompolan atau Pseudococcus sp. menyerang tanaman dengan cara
mengisap, mengisap cairan kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda.
Akibat seragan hama ini, pertumbuhan tanaman terhenti, daun-daun menguning,
calon bunga gagal menjadi bunga dan buah rontok. Bila buah yang diserang tidak
rontok maka perkembangan akan terhambat dan kulit keriput sehingga kualitas
buah rendah. Ciri-ciri kutu dompolan adalah berbentuk bulat lonjong agak pipih.
Tubuh larva dan betina ditutupi oleh lilin berwarna putih. Kutu jantan tidak
ditutupi oleh lilin dan bersayap. Satu ekor kutu bisa menghasilkan 50–200
telur.
Penyakit pada tanaman kopi bermacam-macam. Penyakit yang biasa menyerang
tanaman kopi pada lahan budidaya antara lain ;
1.
Penyakit
Karat Daun (Hemileia vastatrix)
Penyakit karat daun kopi disebabkan oleh H. vastatrix yang dapat menyerang dipembibitan
sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun yang sakit timbul bercak
kuning kemudian berubah menjadi coklat.
Permukaan bercak pada sisi bawah daun
terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada serangan
berat pohon tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul.
Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Spora yang telah matang
dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air
yang mengandung udara. Pengendalian yang dilakukan oleh petani ialah melakukan
peremajaan seperti pemupukan, dan pemangkasan. Hal ini dapat memotong siklus
perkembangan penyakit, karena intensitas sinar matahari yang cukup menekan
kelembaban yang tinggi.
Cendawan
ini bersifat heterotroph dan memiliki tipe sel
eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang
yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada
pula dengan cara generatif.
2.
Cercospora
coffeicola
Penyakit bercak daun kopi disebabkan oleh
jamur C. coffeicola yang dapat muncul di pembibitan
sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Daun yang sakit timbul bercak
berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna kuning. Buah
yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih
banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke biji
sehingga menurunkan kualitas. Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang
kurang mendapat pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan
lingkungan yang lembab dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit
melalui spora yang terbawa angin dan aliran air hujan serta alat-alat
pertanian.
Pengendalian penyakit dengan sanitasi kebun
dan pemeliharaan yang intensif, seperti membuang bagian – bagian yang sakit dan
selanjutnya dibenamkan di dalam tanah. Mengurangi kelembaban dengan pemangkasan
yang teratur, pengaturan naungan dan drainase.
Gejala lain yang sering terlihat adalah
adanya daun-daun disekitar koloni kutu, terutama daun-daun dibawahnya yang
ditumbuhi cendawan jelaga (Capnodium sp) yang berwarna hitam. Gejala ini
tidak khas, karena ada jenis kutu lain yang juga menimbulkan gejala seperti itu
Pengendaliannya
cendawan jelaga tumbuh dengan memanfatkan embun madu yang dikeluarkan oleh kutu
tempurung hijau yang biasanya menempel pada permukaan atas daun atau ranting
yang ada dibawah koloni kutu. Kadang kala pada saat itu terdapat pula koloni
semut yang memanfatkan embun madu. Jenis semut yang biasanya ditemukan adalah
semut gramang (Anoplolepis longipes Jerd).
3.
Penyakit Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium
salmonicolor B.et Br. C. salmonicolor mempunyai basidium yang tersusun paralel
pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat
sterigmata yang mendukung basidiospora. Gejala yang Nampak yaitu cabang atau
ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang
di bawah, tengah maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang.
Stadium sarang laba‐laba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti
jala berwarna putih perak.
4.
Penyakit Akar
Penyakit ini disebabkan oleh jamur R. micropus. Gejala
yang ada pada tanaman yang terserang yaitu daun berwarna hijau kekuningan,
kusam, layu dan menggantung. Seluruh daun menguning kemudian layu secara
bersamaan dan menering dicabang. Penyakit akar ini dibedakan menjadi yaitu
penyakit akar coklat, penyakit akar hitam, dan penyakit akar putih. Gejala yang
terjadi akibat penyakit jamur coklat yaitu akar tunggang akan tertutupi oleh
kerak yang terdiri dari butir-butir tanah yang melekat daun. Sedangkan gejala
pada penyakit akar hitam yaitu pangkal batang dan permukaan kayu akar terdapat
titik hitam. Dan gejala yang terjadi pada penyakit akar putih yaitu terdapat
benang jamur yang berwarna putih dan menjalar sepanjang akar. Pengendalian yang
dapat dilakukan yaitu dengan cara membongkar pohon terserang sampai akarnya
lalu dilakukan pembakaran. Lubang bekas bongkaran dibiarkan terbuka selam satu
tahun dengan tujuan agar jamur yang terdapat ditanah benar-benar mati. selain
itu pengendalian juga dapat dilakukan dengan menaburi tricoderma pada sekitar
tanaman yang sehat dan pupuk organik dan diulang setiap 6 bulan.
5.
Nematode
Penyakit ini biasanya akan menyebabkan tanaman kopi
menjadi kerdil, daun akan menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang-cabang primer
akan akan terhamvat dan akan menyebabkan tanaman menghasilkan sedikit bunga,
buah premature dan banyak yang kosong. Bagian akar serabut membusuk dan putus
sehingga habis. Pada serangan yang parah dapat menyebabkan tanaman kopi menjadi
mati. pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mencabut tanaman yang
telah terinfeksi kemudian menanam tanaman yang baru.
BAB 5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan, dapat disimpulkan hal sebagai berikut
1.
Hama dan penyakit pada tanaman kopi sangat beragam dan
dapat menurunkan produksi dari tanaman kopi.
2.
Hama pada tanaman padi yang ditemukan dilapang antara
lain, penggerek buah kopi (PBKo), penggerek cabang, ulat/larva, penggerek
batang, kutu putih, dan kutu hijau.
3.
Penyakit yang ditemukan dilahan budidaya kopi antara
lain penyakit bercak daun, karat daun, dan jamur upas.
4.
Pengendalian
hama penyakit pada tanaman kopi ini
dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun alami yaitu dengan
memanfaatkan musuh-musuh alami.
5.
Penggunaan musuh alami seperti jamur, serangga
parasitoid, dan pengendalian mekanis dengan menggunakan cara sanitasi,
pembakaran hama yang ditemukan akan dapat meminimalkan resiko kehilangan hasil
produksi.
5.1 Saran
Praktikum yang
dilakukan sudah berjalan dengan baik, untuk kedepannya semoga lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwora,
G. O., dan Gichuru. 2014. Advances in
the Management of Coffee Berry Disease and Coffee Leaf Rust in Kenya. Renewable Agriculture, 2(1) : 5 – 10.
Iscaro, J. 2014. The Impact of Climate Change
on Coffee Production in Colombia and Ethiopia. Global Majority, 5(1) : 33 – 43.
Laila, M. S. I., Agus, N., dan Saranga, A. Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Bubuk
Buah Kopi (Hypothenemus hampei). Fitomedika,
7(3) : 162 – 166.
Lopez, R. Y., Pacheco, I. T., Gonzalez, R.
G.G., Hernandez, M. I., Carranza, Q., dan Garcia, E. R. 2012. The effect of
climate change on plant diseases. Biotechnology,
11(10) : 2417 – 2428.
Mahfud, M. C. 2012. Teknologi
Dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional.
Pengembangan Inovasi Pertanian,5(1) : 44-57.
Purnomo, Hari.
2010. Pengendalian Hayati. CV. Andi
Offset
Rahardjo, Pudji. 2012. Kopi. Penebar Swadaya.
Rismayani, Rubiyo, Dan Ibrahim, M. S. D. 2013. Dinamika Populasi Kutu Tempurung (Coccus Viridis) Dan Kutudaun (Aphis
Gossypii) Pada Tiga Varietas Kopi Arabika (Coffea Arabica). Littri, 19(4) : 159 -166.
Suhartono, D., Aditya, W., Lestari, M., dan Yasin, M. 2013. Expert
System in Detecting Coffee Plant Diseases. Electrical
Energy, 1(3) : 156 – 162.
Wiryadiputra, S. 2014. Pola Distribusi
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei) Pada Kopi Arabika Dan
Robusta. Pelita Perkebunan, 30(2) :
123–136.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar