Selasa, 25 Oktober 2016

LAPORAN BUDIDAYA TANAMAN PADI



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman sumber pangan utama bagi masyarakat di Indonesia, dimana mayoritas petani indonesia membudidayakan tanaman padi. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan utama yanag menjadi jantung badi petani di Indonesia, dimana padi dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Padi sebagai tanaman pangan semusim, sehingga tanaman padi dapat dibudidayakan secara teus-menerus. Tanaman padi merupakan tanaman lahan basah atau sawah dengan sistem tergenagng. Petani di Indonesia dalam melakukan budidaya tanaman padi disudutkan pada berbagai permasalahan dalam melaksanakan budidaya tanaman. Semakin sempitnya lahan-lahan pertanian yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi non pertanian membuat komoditas padi di Indonesia semakin tahun menurun kuantitasnya. Sistem pertanian yang dilakukan oleh petani kebanyakan menggunakan penanaman secara intensif.  
Kegiatan dalam budidaya tanaman padi pada umumnya meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit tanam, pemupukan dan pemeliharaan yang meliputi pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit dan panen, serta pasca panen. Beberapa dekade terakhir telah banyak diperkenalkan dan dikembangkan berbagai jenis teknologi budidaya tanaman padi. Teknologi tersebut terbagi dalam sistem tanpa olah tanah (TOT) yaitu penanaman tanaman padi dengan melakukan spesifik pengolahan tanah untuk menjaga keadaan lingkungan pada kondisi yang sebenarnya. Teknologi jajar legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar barisan sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah. Teknolgi sistem tanam benih secara langsugn dengan cara menabur atau memasukkan benih langsung ke dalam tanah dengan cara ditugal, biasanya sistem tanam seperti ini diaplikasikan pada tanaman padi SRI yang adapat ditanam secara langsung di lahan.
Tanaman padi tumbuh di daerah dengan iklim tropis dan subtropis dengan garis lintang 450 lintang utara dan 450 lintang selatan dengan kondisi panasa dankelembaban yang tinggi. Tanaman padi menghendaki sinar matahari penuh selama 12 jam. Berbagai sistem tanam yang dilakukan oleh petani, namun sistem tanam jajar legowo mulai banyak diterapkan di indonesia. Berdasarkan permasalahan yang mendasar pada cuaca dan iklim di negara tropis sangat sulit untuk ditentukan. Penanaman tanaman padi sebaiknya serentak untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit. Produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Faktor tesebut adalah syarat tumbuh tanaman, cuaca dan iklim, teknik atau teknologi yang diterapkan, varietas yang digunakan, panen, dan penanganan pasca panen. Salah satu langkah yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cekaman lingkungan aupun serangan hama dan penyakit.
Namun, jika kita berbicara tentang lingkungan, maka lingkungan merupakan faktor pembatas dalam budidaya tanaman padi karena iklim tidak dapat dimanipulasi. Berbagai teknik penanaman sudah dilakukan oleh petani di indonesia. Sistem penanaman yang dilakukan mulai dari penaman lahan basah dengan irigasi yang cukup, penanaman pada lahan berlumpur dan penanaman dengan jarak tanam dan irigasi yang baik. Pemeliharaan tanaman sangat erat kaitannya dengan menjaga kebutuhan tanaman akan nutrisi. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan untuk menambahkan nutrisi melalui media tanah sebagai suber bahan organik untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Hal-hal yang kurang diperhatikan oleh petani adalah saat panen dan pasca penen tanaman padi. Penanganan pasca panen tanaman padi kurang diperhatikan oleh masyarakat. Sistem budidaya yang dapat dilakukan adalah sitem tanpa olah tanah, penanaman langsung, dan jajar legowo.

1.2  Tujuan 
1.    Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanama padi.
2.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang baik bagi petani.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem tanam pada pertanaman padi sangat berpengaruh terhadap komponen budidaya dan hasil produksi tanaman. Pengaruh tersebut terjadi pada penangkapan cahaya untuk fotosintesis, kebutuhan air tanaman, penyerapana usur hara oleh akar, ketersediaan ruang yang menentukan kompetisi gulma dengna tanaman, dan iklim mikro di bawah kanopi yang berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit tumbuhan. Menurut Ikwani (2013) jarak tanam yang lebar akan meningkatkan penangkapan sinar matahari oleh tajuk tanaman sehingga berpengaruh terhadap jumlah anakan yang dihasilkan, meningkatkan bobot kering tanaman dan bobot gabah tiap rumpun. Jarak tanam yang lebar juga memberikan ruang, semakin rapat jarak tanam maka semakin sedikit rumpun yang dihasilkan per rumpunnya. Sedangkan pada populasi yang rendah dengan jarak tanam yang lebar mampu menghasilkan keragaman rumpun yang besar.
Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu penekatan dalam budidaya tanaman yang memiliki peran sentral terhadap peningkatan hasil produksi padi. Menurut Watemin dan Budiningsih (2012) berdasarkan hasil analissis data yang dilakukan tingkat penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di kecamatan kebasen secara keseluruhan sebesar 76,67 %. Sedangkan penerapan teknologi budidaya dengan jajar legowo menghasilkan produksi sebesar 81,67 %. Faktor yang berpengaruh antara lain penggunaan varietas unggul, sistem pemupukan berimbang dan pengendalian hama dan penyakit secara teratur.
Sistem budidaya menggunakan teknik jajar legowo pada umumnya dikombinasikan dengan pengguanaan benih unggul bersertifikat, dimana kelebihan benih tersebut adalah mutunya terjamin, daya kecambah lebih tinggi, bebas dari hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan meliputi sanitasi lahan, pembersihan gulma, pemberian pupuk dan pengendaian hama dan penyakit baik dengan pestisida kimia atau bahan alami sebagai pestisida. Urea, Phonska merupakan beberapa jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara tanaman. Hal yang paling penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat jenis, dosis, tempat, cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014).
Peningkatan hasil produski padi sangat dipengaruhi oleh varietas baenih yang digunakan. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Suhendrata dan Budiyanto, (2012) menyebutkan pada keragamn agronomis tinggi tanaman padi gogo varietas inpago 4, 5, dan 6 yang digunakan dan varietas situ bagendit dengan sistem jajar legowo saat panen menghasilkan sistem tanam yang lebih tinggi. Sedangkan pada jumlah anakan produktif yang dihasilkan lebih banyak daripada sistem tanam tegel. Pergantian sistem tanam dari sistem tanam tgel menuju sistem tanam jajar legowo 2:1 menyebabkan perubahan struktur biaya dan pendapatan.
Sistem tanam memiliki peran penting dalam budidaya tanaman padi baik dengan sistem jajar legowo atau sistem tanam tegel. Berdasarkan hasil penelitian oleh Chapagain et al (2011) bahwa tidak terjadi interaksi antara umur bibit dengan sistem tanam yang digunakan. Sistem tanam jajar legowo memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah anakan, berat gabah per ton dan indeks peningkatan jumlah daun. Umur pindah tanaman padi yang dilakukan harus secara tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar yang maksimal. Sedangkan jarak tanam yang diperlakukan dapat berpengaruh terhadap penyerapan cahaya matahari untuk proses fotosintesisa, selin iu sistem jajar legowo berpengaruh terhadap peningkatan populasi tanaman.
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan atau strategi dalam meningkatkan hasil produksi padi melalui penerapan berbagai komponen teknologi yang memiliki efek strategis dan posistif. Komponen teknologi model pengelolaan tanaman terpadu yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi sehingga perlu diterapkan bersamaan dengan benih bermutu, varietas unggul baru yang spesifik lokasi, bibit muda yang ditanam secara terbatas, sistem tanam legowo, pemupukan N, P dan K berdasarkan status hara tanah secara seimbang. Komponen teknologi PTT lainnya adalah pengairan berselang, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta penanganan panen dan pascapanen (Hidayah, 2013)
Faktor internal dalam budidaya tanaman padi menunjukkan hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi sistem jajar legowo 2:1 yang diterapkan. Tingkat penerapan teknologi jajar legowo 2:1 pada petani padi sawah sebagian besar masih tergolong rendah, hal ini karena tidak semua komponen penerapan teknologi jajar legowo 2:1 dilakukan sesuai dengan anjuran seperti cara tanam, pemupukan. Juga kesadaran petani untuk menerapkan teknologi ini masih kurang disebabkan kurangnya permodalan dan keterbatasan tenaga kerja tanam yang terampil. Menurut Kawasaki dan Herath (2011) Berdasarkan kemajuan tenologi penanaman yang digunakan maka sangat erat hubungannya dengan sumberdaya ekonomi yang tinggi untuk inovasi tersebut.
Pada jenis tanah-tanah tertentu budidaya ta-naman padi di sawah sebenarnya tidak mutlak memerlukan pengolahan tanah sebab ketersediaan air lahan sawah sudah dapat membantu proses pelumpuran. Menurut Nyamai et al (2012) bahwa pengurangan intensitas pengolahan tanah me-lalui sistem TOT dapat menghemat kebutuhan air hingga 30%. Budidaya padi sawah TOT dengan memakai herbisida glyfosat untuk mengendalikan gulma dan turiang padi tidak menyebabkan jasad renik berkurang. Hal ini disebabkan karena glyfosat yang masuk ke tanah menjadi kurang aktif, karena keberadaan hara P yang cukup tinggi. Jumlah anakan maksinum berkorelasi dengan jumlah malai. Dimana jumlah malai pada TOT lebih banyak dibandingkan sistem tanam langsung.
Sistem pengairan pada tanaman padi lahan sawah dilakukan secara intensif secara teratur dengan air yang digunakan harus dijaga kualitas airnya. Secara umum, sistem tanam dan umur bibit pada tanaman padi sawah diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil padi sawah. Walaupun demikian, umur bibit dan sistem tanam yang optimum masih belum diketahui dengan tepat. Oleh karena itu, penelitian mengenai sistem tanam dan umur bibit pada padi sawah masih sangat penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh sistem tanam dan umur bibit yang tepat sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah (Prastiyo, 2012).
Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan oleh mayorits petani di Indonesia adalah jajar legowo 2:1 dan 4:1 dimana sistem tanam ini dikombinasikan dengna sistem penanaman tegel. Pertumbuhan merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran, pertambahan bobot, volume dan diameter batang dari waktu ke waktu. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dikendalikan oleh faktor-faktor pertumbuhan. Ada dua faktor penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan suatu tanaman, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat tanaman itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Setiap varietas tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal memanfaatkan sarana tumbuh dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga mempengaruhi potensi hasil produksi (Sriyanto, 2010).


BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum budidaya tanaman pangan “Budidaya Tanaman Padi” dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 24 Oktober 2015 dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan praktikum budidaya tanaman padi dilaksanakan di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman padi
2. Kuisioner

3.2.2 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis

3.3 Cara Kerja
1.    Menentukan lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan sebagai areal observasi lapang budidaya padi.
2.    Mengajukan beberapa pertanyaan berupa pertanyaan yang terdapat di kuisioner.
3.    Mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.
4.    Membuat laporan tertulis sesuai kegiatan observasi.








BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil    
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden (Petani padi) di Desa Jenggawah Kabupaten Jember, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
A.  Profil petani
No
Uraian
Keterangan
1.
Nama petani
Bapak Nurul
2.
Foto Desa


Lokasi praktikum lapang komoditas tanaman padi berada di Desa Jenggawah Kabupaten Jember.



3.
Foto lahan sawah






Lahan sawah adalah milik Bapak Nurul di Desa Jenggawah. Yang terdiri dari beberapa petakan sawah.



4.
Jenis padi yang ditanam
Padi cibubu
5.
Luas lahan sawah
300 m2 .


B.  Pembibitan tanaman padi
No
Uraian
Keterangan
1.
Syarat benih bermutu
Varietas bersertifikat dengan tingkat kemurnian 98% dan daya tumbuh 90%.
2.
Penyiapan benih sebelum disemai
Seleksi benih dilakukan untuk memperoleh benih yang bernas dengna cara dicuci bersih dan direndam dalam air.
3.
Teknik penyemaian padi
Persemaian basah
4.
Varietas padi yang ditanam
Varietas cibubu
5.
Macam bahan tanam padi
Benih berasal dari hasil panen sebelumnya
6.
Asal usul bahan tanam
Diperoleh dari toko pertanian
7.
Umur pemindahan bibit ke lahan
± 1 bulan
8.
Ciri-ciri bibit siap tanam
Daun terdiri dari 5-6 helai, tinggi 20-25 cm batang bawah besar dan keras.

C.  Pengolahan lahan/media tanam
No
Uraian
Keterangan
1.
Mulai penggunaan lahan untuk padi
Tahun 1980
2.
Penggunaan lahan sebelum tanaman padi
Tembakau dan kedelai
3.
Teknik pengolahan tanah
Dengan pembajakan
4.
Teknik pembajakan
Pembajakan dilakukan dengan traktor/mesin
5.
Alat pengolahan tanah
Cangkul dan hand tractor

D.  Teknik penanaman
No
Uraian
Keterangan
1.
Pola tanam
Pergiliran tanaman dengan padi-padi-padi
2.
Sistem budidaya
Secara konvensional
3.
Sistem tanam
Sistem tegel dengan 20 x 20 cm
4.
Waktu penanaman padi
Bulan agustus 2015
5.
Jumlah bibit / lubang
1 bibit per lubagn
6.
Jarak tanam yang digunakan
20 x 20 cm
7.
Teknik penanaman
Tenaga kerja manusia
8.
Alat penannaman
Secara manual

E.  Pelaksanaan pemeliharaan tanaman
No
Uraian
Keterangan
1.
Umur penyulaman padi mati
1 minggu setelah tanam
2.
Umur pelaksanaan penyiangan
2 minggu setelah tanam
3.
Teknik penyiangan padi
Menggunakan alat
4.
Alat untuk menyiang
Dengan cangkul dan pisau
5.
Teknik pengairan tanaman
Secara irigasi teknis dengan pompa
6.
Asal sumber air
Dari sumur di lahan
7.
Jenis pupuk
Anorganik yaitu
Urea  : 50 kg / m2
TSP   : 50 kg / m2
KCL : 25 kg / m2
8.
Periode pemupukan
Urea 15 HST, Phonska 30 HST, ZA 30 HST
9.
Waktu pemupukan
Pagi hari
10.
Teknik pengendalian hama dan penyakit
Penggunaan pestisida

F.   Panen
No
Uraian
Keterangan
1.
Waktu panen
95 hari
2.
Kondisi tanaman sebelum dipanen
Gabah sudah berisi bulir, sekitar 90 % menguning
3.
Teknik pemanenan
Secara tradisional
4.
Nama alat (jika ada)
-
5.
Produksi tanaman padi
± 20 ton per hektar


4.2    Pembahasan
Sistem tanam padi sawah yang diaplikasikan oleh petani hingga saat ini pada umumnya adalah menggunakan sistem tanam pindah (tapin). Sistem ini selain tidak banyak membutuhkan persyaratan khusus juga tidak banyak resiko seperti sistem tanam benih langsung (tabela). Namun, masih banyak petani yang menggunakan bibit dengan jumlah bibit yang relatif banyak antara (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih dari 10 batang per rumpun). Menurut Lita dkk, (2013) Pada cara tanam dengan tabela benih disebar langsung di lahan sawah, untuk tanam benih langsung dengan pita organik, benih dimasukkan ke dalam pita tanam kemudian ditanam di lahan sawah. Sedangkan menurut Adnan dkk, (2012) menyatakan bahwa sistem pemgolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) adalah pengolahan tanah dimana tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali lubang tugalan untuk penempatan benih, dan sistem tanam jajar legowo meurut Lalla dkk, (2012).
            Sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo (tajarwo) merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan tanaman dan merupakan tanam berselang seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Tujuannya agar populasi tanaman per satuan luas dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Pola tanam legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” atau panjang di antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm bergantung pada kesuburan tanah (Lalla dkk, 2012). Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Di antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm bergantung pada kesuburan tanah. Terdapat beberapa tipe sistem tanam jajar legowo yaitu. 1) jajar legowo tipe 2:1 yang artinya baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Pada cara tanam legowo 2:1, setiap dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak barisan, namun jarak tanam dalam barisan dipersempit menjadi setengah jarak tanam aslinya. Sedangkan baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat empat baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 4:1.







Hasil gambar untuk jajar legowo 2:1
 






Gambar 4.1.1: Tipe jajar  legowo 2:1            Gambar 4.1.2: Tipe jajar legowo 4:1
            Pengadaan benih tanaman padi pada umumnya menggunakan teknik benih basah dengan caradirendam dengan air selama beberapa hari dan baru disemaikan. Menurut Wangiyana dkk, (2009) bahwa persiapan benih dan pesemaian, benih padi sebelum perendaman, dilakukan pemilahan benih yang bernas dengan memasukkan benih ke dalam larutan garam dapur (konsentrasi 200 g/L), sehingga hanya benih yang bernas yang tenggelam, sedangkan yang mengambang dibuang. Benih yang tenggelam segera dibilas dengan air tawar untuk menghilangkan garamnya, kemudian direndam dalam air bersih selama 48 jam, dilanjutkan dengan pemeraman selama 48 jam. Benih yang telah berkecambah ini kemudian disemaikan di atas nampan yang telah diisi campuran tanah dan kompos (1:1). Sedangkan yang dilakukan oleh petani di Desa Jenggawah, Kabupaten Jember adalah penyiapan benih sebelum disemai adalah dengan cara menyeleksi benih yang bermutu, persiapan benih dicuci air untuk memilih benih yang bernas.
Sistem pertanian yang dilakukan di Indonesia saat ini terdapat beberapa sistem yaitu pertanian tradisional secara organik, konvensioanl, dan pertanian dengan sistem modern. Namun mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem pertanian secara konvensional pada beberapar komditas tanaman pangan, perkebunan. hal ini sejalan dengan pendapat Mungara dkk, (2013) bahwa pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang dilakukan oleh sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengna responden (Bapak Nurul) pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jenggawah mayritas adalah dengan sistem konvensional. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan benih yang berasal dari toko pertanian dengan bibit yang sudah bersertifikat. Sedangkan teknik pengolahan tanah yang dilakukan adalah dibajak menggunakan mesin traktor (Hand tractor) pengairan dilakukan dengan cara irigasi teknis menggunakan pompa air. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 50 kg per hektar, TSP dengan dosis 50 kg per m2 /hektar dan KCL dengan dosis 25 kg per m2 / hektar. Sedangkan teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman padi yang dilakukan petani adalah dengan mengguanakan pestisida.














BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi praktikum lapang yang dilakukan di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.    Jarak tanam jajar legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar barisan sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah dan terdapat beberapa tipe yaitu tipe 2:1 dan 4:1.
2.    Sistem pertanian yang dilakukan oleh petani di Desa Jenggawah Kabupaten Jember adalah sistem pertanian konvensional dengan menggunakan beberapa input.
3.    Teknik penyediaan benih yang dilakukan oleh mayoritas petani di Desa Jenggawah Kabupaten Jember adalah teknik persemaian 

5.2 Saran
Kegiatan praktikum Budidaya Tanaman Pangan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, namun akan lebih baik jika para praktikan dalam satu kelompok menjaga kekompakan selam melakukan praktikum di lapang.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Hasnuddin, Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat Dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.

Chapagain, T. A. Riseman. E. Yamaji. 2011. Assessment of System of Rice Intensification (SRI) and Conventional Practices Under Organic and Inorganic Management in Japan. Rice science, 18(4): 311-320.

Hidayah, I. 2013. Farmers’ Behaviour in The Implementation of Component PTT (Integrated Plant and Resource Management) in Irrigation Paddy Rice Fields Farming in Buru Regency Maluku Province Indonesia. Ijhsnet, 3(12): 129-138.

Ikhwani, G. R. Pratiwi. E. Paturrohman. A. K. Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek tanaman pangan, 8(2): 72-79.

Kawasaki, J. S. Herath. Impact Assessment Of Climate Change On Rice Production In Khon Kaen Province, Thailand. Issaas, 17(2): 14-28.

Lalla, H, M, Saleh, A, Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Teknologi, 12(3): 255-264.

Lita, T.,N, S, Soekartomo, B, Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Sawah. Produksi tanaman, 1(4): 361-369.

Mungara, E, D, Indradewa, R, rogomulyo. 2013. Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Sistem Pertanian Konvensional, Transisi Organik, Dan Organik. Vegetalika, 2,(3): 1-12.

Nyamai, M. B. M. Mati. P. G. Home. B. Odongo. R. Wanjogu. E. G. Thuranira. 2012. Improving Land And Water Productivity In Basin Rice Cultivation In Kenya Through System of Rice Intensification (SRI). Agric, 14(2): 1-9.

Prastiyo, Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Rauf, A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Perspektif pembiayaan dan pembangunan daerah, 2(2): 71-76.

Sriyanto, S. 2010. Panen Duit Dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: Agromedia pustaka.

Suhendrata, T. S. Budiyanto. 2012. Peningkatan Produktvitas Padi Gogo Dan Pendapatan Petani Lahan Kering Melalui Perubahan Penerapan Sistem Tanam Di Kabupaten Banjarnegara. Semnas, 1(1): 1-5.

Wangiyana, W, Z, Laiwan, Sanisah. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Var. Ciherang Dengan Teknik Budidaya “Sri (System Of Rice Intensification)” Pada Berbagai Umur Dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam. crop agro, 2(1): 70-78.
Watemin. S. Budiningsih. 2012. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Padi Sawah Di Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Sepa, 9(1): 34-42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar