BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
sumber pangan utama bagi masyarakat di Indonesia, dimana mayoritas petani
indonesia membudidayakan tanaman padi. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman
pangan utama yanag menjadi jantung badi petani di Indonesia, dimana padi
dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Padi sebagai tanaman pangan semusim,
sehingga tanaman padi dapat dibudidayakan secara teus-menerus. Tanaman padi
merupakan tanaman lahan basah atau sawah dengan sistem tergenagng. Petani di
Indonesia dalam melakukan budidaya tanaman padi disudutkan pada berbagai
permasalahan dalam melaksanakan budidaya tanaman. Semakin sempitnya lahan-lahan
pertanian yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi non pertanian membuat
komoditas padi di Indonesia semakin tahun menurun kuantitasnya. Sistem
pertanian yang dilakukan oleh petani kebanyakan menggunakan penanaman secara
intensif.
Kegiatan dalam budidaya
tanaman padi pada umumnya meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit
tanam, pemupukan dan pemeliharaan yang meliputi pengairan, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit dan panen, serta pasca panen. Beberapa dekade
terakhir telah banyak diperkenalkan dan dikembangkan berbagai jenis teknologi
budidaya tanaman padi. Teknologi tersebut terbagi dalam sistem tanpa olah tanah
(TOT) yaitu penanaman tanaman padi dengan melakukan spesifik pengolahan tanah
untuk menjaga keadaan lingkungan pada kondisi yang sebenarnya. Teknologi jajar
legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar barisan
sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah. Teknolgi sistem tanam benih
secara langsugn dengan cara menabur atau memasukkan benih langsung ke dalam
tanah dengan cara ditugal, biasanya sistem tanam seperti ini diaplikasikan pada
tanaman padi SRI yang adapat ditanam secara langsung di lahan.
Tanaman padi tumbuh di
daerah dengan iklim tropis dan subtropis dengan garis lintang 450
lintang utara dan 450 lintang selatan dengan kondisi panasa
dankelembaban yang tinggi. Tanaman padi menghendaki sinar matahari penuh selama
12 jam. Berbagai sistem tanam yang dilakukan oleh petani, namun sistem tanam
jajar legowo mulai banyak diterapkan di indonesia. Berdasarkan permasalahan
yang mendasar pada cuaca dan iklim di negara tropis sangat sulit untuk
ditentukan. Penanaman tanaman padi sebaiknya serentak untuk memperoleh hasil
produksi yang maksimal dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit.
Produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting yang
perlu mendapat perhatian. Faktor tesebut adalah syarat tumbuh tanaman, cuaca
dan iklim, teknik atau teknologi yang diterapkan, varietas yang digunakan,
panen, dan penanganan pasca panen. Salah satu langkah yang mudah dilakukan
adalah dengan menggunakan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cekaman
lingkungan aupun serangan hama dan penyakit.
Namun, jika kita
berbicara tentang lingkungan, maka lingkungan merupakan faktor pembatas dalam
budidaya tanaman padi karena iklim tidak dapat dimanipulasi. Berbagai teknik
penanaman sudah dilakukan oleh petani di indonesia. Sistem penanaman yang
dilakukan mulai dari penaman lahan basah dengan irigasi yang cukup, penanaman
pada lahan berlumpur dan penanaman dengan jarak tanam dan irigasi yang baik.
Pemeliharaan tanaman sangat erat kaitannya dengan menjaga kebutuhan tanaman
akan nutrisi. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan untuk menambahkan nutrisi
melalui media tanah sebagai suber bahan organik untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Hal-hal yang kurang diperhatikan oleh petani adalah saat panen dan
pasca penen tanaman padi. Penanganan pasca panen tanaman padi kurang
diperhatikan oleh masyarakat. Sistem budidaya yang dapat dilakukan adalah sitem
tanpa olah tanah, penanaman langsung, dan jajar legowo.
1.2
Tujuan
1. Mahasiswa
dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanama padi.
2. Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang baik
bagi petani.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem tanam pada
pertanaman padi sangat berpengaruh terhadap komponen budidaya dan hasil
produksi tanaman. Pengaruh tersebut terjadi pada penangkapan cahaya untuk
fotosintesis, kebutuhan air tanaman, penyerapana usur hara oleh akar,
ketersediaan ruang yang menentukan kompetisi gulma dengna tanaman, dan iklim
mikro di bawah kanopi yang berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit
tumbuhan. Menurut Ikwani (2013) jarak tanam yang lebar akan meningkatkan
penangkapan sinar matahari oleh tajuk tanaman sehingga berpengaruh terhadap
jumlah anakan yang dihasilkan, meningkatkan bobot kering tanaman dan bobot
gabah tiap rumpun. Jarak tanam yang lebar juga memberikan ruang, semakin rapat
jarak tanam maka semakin sedikit rumpun yang dihasilkan per rumpunnya.
Sedangkan pada populasi yang rendah dengan jarak tanam yang lebar mampu
menghasilkan keragaman rumpun yang besar.
Pengelolaan tanaman
terpadu merupakan suatu penekatan dalam budidaya tanaman yang memiliki peran
sentral terhadap peningkatan hasil produksi padi. Menurut Watemin dan
Budiningsih (2012) berdasarkan hasil analissis data yang dilakukan tingkat
penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di kecamatan kebasen secara
keseluruhan sebesar 76,67 %. Sedangkan penerapan teknologi budidaya dengan
jajar legowo menghasilkan produksi sebesar 81,67 %. Faktor yang berpengaruh
antara lain penggunaan varietas unggul, sistem pemupukan berimbang dan
pengendalian hama dan penyakit secara teratur.
Sistem budidaya
menggunakan teknik jajar legowo pada umumnya dikombinasikan dengan pengguanaan
benih unggul bersertifikat, dimana kelebihan benih tersebut adalah mutunya
terjamin, daya kecambah lebih tinggi, bebas dari hama dan penyakit.
Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan meliputi sanitasi lahan, pembersihan
gulma, pemberian pupuk dan pengendaian hama dan penyakit baik dengan pestisida
kimia atau bahan alami sebagai pestisida. Urea, Phonska merupakan beberapa
jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara tanaman. Hal yang paling
penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat jenis, dosis,
tempat, cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014).
Peningkatan hasil
produski padi sangat dipengaruhi oleh varietas baenih yang digunakan. Hal ini
sependapat dengan hasil penelitian Suhendrata dan Budiyanto, (2012) menyebutkan
pada keragamn agronomis tinggi tanaman padi gogo varietas inpago 4, 5, dan 6
yang digunakan dan varietas situ bagendit dengan sistem jajar legowo saat panen
menghasilkan sistem tanam yang lebih tinggi. Sedangkan pada jumlah anakan
produktif yang dihasilkan lebih banyak daripada sistem tanam tegel. Pergantian
sistem tanam dari sistem tanam tgel menuju sistem tanam jajar legowo 2:1
menyebabkan perubahan struktur biaya dan pendapatan.
Sistem tanam memiliki
peran penting dalam budidaya tanaman padi baik dengan sistem jajar legowo atau
sistem tanam tegel. Berdasarkan hasil penelitian oleh Chapagain et al (2011) bahwa tidak terjadi
interaksi antara umur bibit dengan sistem tanam yang digunakan. Sistem tanam
jajar legowo memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah anakan, berat gabah
per ton dan indeks peningkatan jumlah daun. Umur pindah tanaman padi yang
dilakukan harus secara tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar yang
maksimal. Sedangkan jarak tanam yang diperlakukan dapat berpengaruh terhadap
penyerapan cahaya matahari untuk proses fotosintesisa, selin iu sistem jajar
legowo berpengaruh terhadap peningkatan populasi tanaman.
Pengelolaan tanaman
terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan atau strategi dalam meningkatkan
hasil produksi padi melalui penerapan berbagai komponen teknologi yang memiliki
efek strategis dan posistif. Komponen teknologi model pengelolaan tanaman
terpadu yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap peningkatan
produktivitas dan efisiensi sehingga perlu diterapkan bersamaan dengan benih
bermutu, varietas unggul baru yang spesifik lokasi, bibit muda yang ditanam
secara terbatas, sistem tanam legowo, pemupukan N, P dan K berdasarkan status
hara tanah secara seimbang. Komponen teknologi PTT lainnya adalah pengairan
berselang, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta penanganan
panen dan pascapanen (Hidayah, 2013)
Faktor internal dalam
budidaya tanaman padi menunjukkan hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi
teknologi sistem jajar legowo 2:1 yang diterapkan. Tingkat penerapan teknologi
jajar legowo 2:1 pada petani padi sawah sebagian besar masih tergolong rendah,
hal ini karena tidak semua komponen penerapan teknologi jajar legowo 2:1
dilakukan sesuai dengan anjuran seperti cara tanam, pemupukan. Juga kesadaran
petani untuk menerapkan teknologi ini masih kurang disebabkan kurangnya
permodalan dan keterbatasan tenaga kerja tanam yang terampil. Menurut Kawasaki
dan Herath (2011) Berdasarkan kemajuan tenologi penanaman yang digunakan maka
sangat erat hubungannya dengan sumberdaya ekonomi yang tinggi untuk inovasi
tersebut.
Pada jenis tanah-tanah
tertentu budidaya ta-naman padi di sawah sebenarnya tidak mutlak memerlukan
pengolahan tanah sebab ketersediaan air lahan sawah sudah dapat membantu proses
pelumpuran. Menurut Nyamai et al
(2012) bahwa pengurangan intensitas pengolahan tanah me-lalui sistem TOT dapat
menghemat kebutuhan air hingga 30%. Budidaya padi sawah TOT dengan memakai
herbisida glyfosat untuk mengendalikan gulma dan turiang padi tidak menyebabkan
jasad renik berkurang. Hal ini disebabkan karena glyfosat yang masuk ke tanah
menjadi kurang aktif, karena keberadaan hara P yang cukup tinggi. Jumlah anakan
maksinum berkorelasi dengan jumlah malai. Dimana jumlah malai pada TOT lebih
banyak dibandingkan sistem tanam langsung.
Sistem pengairan pada
tanaman padi lahan sawah dilakukan secara intensif secara teratur dengan air
yang digunakan harus dijaga kualitas airnya. Secara umum, sistem tanam dan umur
bibit pada tanaman padi sawah diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun
hasil padi sawah. Walaupun demikian, umur bibit dan sistem tanam yang optimum
masih belum diketahui dengan tepat. Oleh karena itu, penelitian mengenai sistem
tanam dan umur bibit pada padi sawah masih sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh sistem tanam dan umur bibit
yang tepat sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah (Prastiyo, 2012).
Sistem tanam jajar
legowo yang diterapkan oleh mayorits petani di Indonesia adalah jajar legowo
2:1 dan 4:1 dimana sistem tanam ini dikombinasikan dengna sistem penanaman
tegel. Pertumbuhan merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan
perubahan ukuran, pertambahan bobot, volume dan diameter batang dari waktu ke
waktu. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dikendalikan oleh faktor-faktor
pertumbuhan. Ada dua faktor penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan suatu
tanaman, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan
dengan pewarisan sifat tanaman itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan
berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Setiap varietas
tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal memanfaatkan sarana tumbuh
dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga mempengaruhi
potensi hasil produksi (Sriyanto, 2010).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum
budidaya tanaman pangan “Budidaya Tanaman Padi” dilaksanakan pada hari sabtu,
tanggal 24 Oktober 2015 dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan praktikum
budidaya tanaman padi dilaksanakan di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah
Kabupaten Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman padi
2. Kuisioner
3.2.2 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis
3.3
Cara Kerja
1. Menentukan
lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan sebagai areal observasi lapang
budidaya padi.
2. Mengajukan
beberapa pertanyaan berupa pertanyaan yang terdapat di kuisioner.
3. Mendokumentasikan
hasil observasi berupa foto.
4. Membuat
laporan tertulis sesuai kegiatan observasi.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden (Petani padi) di Desa Jenggawah Kabupaten Jember,
maka diperoleh hasil sebagai berikut.
A.
Profil
petani
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Nama petani
|
Bapak Nurul
|
2.
|
![]() |
Lokasi
praktikum lapang komoditas tanaman padi berada di Desa Jenggawah Kabupaten
Jember.
|
3.
|
![]() |
Lahan sawah
adalah milik Bapak Nurul di Desa Jenggawah. Yang terdiri dari beberapa
petakan sawah.
|
4.
|
Jenis padi
yang ditanam
|
Padi cibubu
|
5.
|
Luas lahan
sawah
|
300 m2 .
|
B.
Pembibitan
tanaman padi
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Syarat benih
bermutu
|
Varietas
bersertifikat dengan tingkat kemurnian 98% dan daya tumbuh 90%.
|
2.
|
Penyiapan
benih sebelum disemai
|
Seleksi benih
dilakukan untuk memperoleh benih yang bernas dengna cara dicuci bersih dan
direndam dalam air.
|
3.
|
Teknik penyemaian
padi
|
Persemaian
basah
|
4.
|
Varietas padi
yang ditanam
|
Varietas
cibubu
|
5.
|
Macam bahan
tanam padi
|
Benih berasal
dari hasil panen sebelumnya
|
6.
|
Asal usul
bahan tanam
|
Diperoleh dari
toko pertanian
|
7.
|
Umur
pemindahan bibit ke lahan
|
± 1 bulan
|
8.
|
Ciri-ciri
bibit siap tanam
|
Daun terdiri
dari 5-6 helai, tinggi 20-25 cm batang bawah besar dan keras.
|
C.
Pengolahan
lahan/media tanam
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Mulai
penggunaan lahan untuk padi
|
Tahun 1980
|
2.
|
Penggunaan
lahan sebelum tanaman padi
|
Tembakau dan
kedelai
|
3.
|
Teknik
pengolahan tanah
|
Dengan
pembajakan
|
4.
|
Teknik
pembajakan
|
Pembajakan
dilakukan dengan traktor/mesin
|
5.
|
Alat
pengolahan tanah
|
Cangkul dan
hand tractor
|
D.
Teknik
penanaman
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Pola tanam
|
Pergiliran
tanaman dengan padi-padi-padi
|
2.
|
Sistem
budidaya
|
Secara
konvensional
|
3.
|
Sistem tanam
|
Sistem tegel
dengan 20 x 20 cm
|
4.
|
Waktu
penanaman padi
|
Bulan agustus
2015
|
5.
|
Jumlah bibit /
lubang
|
1 bibit per
lubagn
|
6.
|
Jarak tanam
yang digunakan
|
20 x 20 cm
|
7.
|
Teknik
penanaman
|
Tenaga kerja
manusia
|
8.
|
Alat
penannaman
|
Secara manual
|
E.
Pelaksanaan
pemeliharaan tanaman
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Umur
penyulaman padi mati
|
1 minggu
setelah tanam
|
2.
|
Umur
pelaksanaan penyiangan
|
2 minggu
setelah tanam
|
3.
|
Teknik
penyiangan padi
|
Menggunakan
alat
|
4.
|
Alat untuk
menyiang
|
Dengan cangkul
dan pisau
|
5.
|
Teknik
pengairan tanaman
|
Secara irigasi
teknis dengan pompa
|
6.
|
Asal sumber
air
|
Dari sumur di
lahan
|
7.
|
Jenis pupuk
|
Anorganik
yaitu
Urea : 50 kg / m2
TSP : 50 kg / m2
KCL : 25 kg /
m2
|
8.
|
Periode pemupukan
|
Urea 15 HST,
Phonska 30 HST, ZA 30 HST
|
9.
|
Waktu
pemupukan
|
Pagi hari
|
10.
|
Teknik
pengendalian hama dan penyakit
|
Penggunaan
pestisida
|
F.
Panen
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1.
|
Waktu panen
|
95 hari
|
2.
|
Kondisi
tanaman sebelum dipanen
|
Gabah sudah
berisi bulir, sekitar 90 % menguning
|
3.
|
Teknik
pemanenan
|
Secara
tradisional
|
4.
|
Nama alat
(jika ada)
|
-
|
5.
|
Produksi
tanaman padi
|
± 20 ton per
hektar
|
4.2
Pembahasan
Sistem tanam padi sawah
yang diaplikasikan oleh petani hingga saat ini pada umumnya adalah menggunakan sistem
tanam pindah (tapin). Sistem ini selain tidak banyak membutuhkan persyaratan
khusus juga tidak banyak resiko seperti sistem tanam benih langsung (tabela).
Namun, masih banyak petani yang menggunakan bibit dengan jumlah bibit yang
relatif banyak antara (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih dari 10 batang per
rumpun). Menurut Lita dkk, (2013) Pada cara tanam dengan tabela benih disebar
langsung di lahan sawah, untuk tanam benih langsung dengan pita organik, benih
dimasukkan ke dalam pita tanam kemudian ditanam di lahan sawah. Sedangkan
menurut Adnan dkk, (2012) menyatakan bahwa sistem pemgolahan tanah tanpa olah
tanah (TOT) adalah pengolahan tanah dimana tanah dibiarkan tidak terganggu
kecuali lubang tugalan untuk penempatan benih, dan sistem tanam jajar legowo
meurut Lalla dkk, (2012).
Sistem
jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki
produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi
jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo
(tajarwo) merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan tanaman dan merupakan
tanam berselang seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris
kosong. Tujuannya agar populasi tanaman per satuan luas dapat dipertahankan
bahkan dapat ditingkatkan. Pola tanam legowo menurut bahasa Jawa berasal dari
kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” atau panjang di antara kelompok
barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan.
Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm
bergantung pada kesuburan tanah (Lalla dkk, 2012). Teknologi ini merupakan perubahan
dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Di antara kelompok
barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan.
Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm
bergantung pada kesuburan tanah. Terdapat beberapa tipe sistem tanam jajar
legowo yaitu. 1) jajar legowo tipe 2:1 yang artinya baris tanaman (dua atau
lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut
satu unit legowo. Pada cara tanam legowo 2:1, setiap dua baris tanaman
diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak barisan, namun jarak
tanam dalam barisan dipersempit menjadi setengah jarak tanam aslinya. Sedangkan
baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan
di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat empat baris tanam per unit
legowo maka disebut legowo 4:1.
![]() |
|||
![]() |
Gambar
4.1.1: Tipe jajar legowo 2:1 Gambar 4.1.2: Tipe jajar legowo 4:1
Pengadaan
benih tanaman padi pada umumnya menggunakan teknik benih basah dengan
caradirendam dengan air selama beberapa hari dan baru disemaikan. Menurut
Wangiyana dkk, (2009) bahwa persiapan benih dan pesemaian, benih padi sebelum perendaman,
dilakukan pemilahan benih yang bernas dengan memasukkan benih ke dalam larutan
garam dapur (konsentrasi 200 g/L), sehingga hanya benih yang bernas yang tenggelam,
sedangkan yang mengambang dibuang. Benih yang tenggelam segera dibilas dengan
air tawar untuk menghilangkan garamnya, kemudian direndam dalam air bersih
selama 48 jam, dilanjutkan dengan pemeraman selama 48 jam. Benih yang telah
berkecambah ini kemudian disemaikan di atas nampan yang telah diisi campuran
tanah dan kompos (1:1). Sedangkan yang dilakukan oleh petani di Desa Jenggawah,
Kabupaten Jember adalah penyiapan benih sebelum disemai adalah dengan cara
menyeleksi benih yang bermutu, persiapan benih dicuci air untuk memilih benih
yang bernas.
Sistem pertanian yang
dilakukan di Indonesia saat ini terdapat beberapa sistem yaitu pertanian
tradisional secara organik, konvensioanl, dan pertanian dengan sistem modern.
Namun mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem pertanian secara
konvensional pada beberapar komditas tanaman pangan, perkebunan. hal ini
sejalan dengan pendapat Mungara dkk, (2013) bahwa pertanian konvensional
merupakan sistem pertanian yang dilakukan oleh sebagian besar petani di seluruh
dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input dari luar sistem pertanian,
berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil pertanian yang
produktif dan bermutu tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengna responden
(Bapak Nurul) pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jenggawah mayritas
adalah dengan sistem konvensional. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan benih
yang berasal dari toko pertanian dengan bibit yang sudah bersertifikat.
Sedangkan teknik pengolahan tanah yang dilakukan adalah dibajak menggunakan
mesin traktor (Hand tractor) pengairan dilakukan dengan cara irigasi
teknis menggunakan pompa air. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea dengan
dosis 50 kg per hektar, TSP dengan dosis 50 kg per m2 /hektar dan
KCL dengan dosis 25 kg per m2 / hektar. Sedangkan teknik
pengendalian hama dan penyakit tanaman padi yang dilakukan petani adalah dengan
mengguanakan pestisida.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
observasi praktikum lapang yang dilakukan di Desa Jenggawah, Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Jarak
tanam jajar legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar
barisan sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah dan terdapat beberapa
tipe yaitu tipe 2:1 dan 4:1.
2. Sistem
pertanian yang dilakukan oleh petani di Desa Jenggawah Kabupaten Jember adalah
sistem pertanian konvensional dengan menggunakan beberapa input.
3. Teknik
penyediaan benih yang dilakukan oleh mayoritas petani di Desa Jenggawah
Kabupaten Jember adalah teknik persemaian
5.2
Saran
Kegiatan praktikum
Budidaya Tanaman Pangan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, namun akan
lebih baik jika para praktikan dalam satu kelompok menjaga kekompakan selam
melakukan praktikum di lapang.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan,
Hasnuddin, Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat Dan
Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta Pengaruhnya Terhadap Sifat
Kimia Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.
Chapagain,
T. A. Riseman. E. Yamaji. 2011. Assessment of System of Rice Intensification
(SRI) and Conventional Practices Under Organic and Inorganic Management in
Japan. Rice science, 18(4): 311-320.
Hidayah, I. 2013. Farmers’ Behaviour in
The Implementation of Component PTT (Integrated Plant and Resource Management)
in Irrigation Paddy Rice Fields Farming in Buru Regency Maluku Province
Indonesia. Ijhsnet, 3(12): 129-138.
Ikhwani,
G. R. Pratiwi. E. Paturrohman. A. K. Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas
Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek tanaman pangan, 8(2): 72-79.
Kawasaki,
J. S. Herath. Impact Assessment Of Climate Change On Rice Production In Khon
Kaen Province, Thailand. Issaas,
17(2): 14-28.
Lalla,
H, M, Saleh, A, Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Teknologi, 12(3): 255-264.
Lita,
T.,N, S, Soekartomo, B, Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Sawah. Produksi tanaman, 1(4): 361-369.
Mungara,
E, D, Indradewa, R, rogomulyo. 2013. Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah
(Oryza Sativa L.) Pada Sistem
Pertanian Konvensional, Transisi Organik, Dan Organik. Vegetalika, 2,(3): 1-12.
Nyamai,
M. B. M. Mati. P. G. Home. B. Odongo. R. Wanjogu. E. G. Thuranira. 2012. Improving
Land And Water Productivity In Basin Rice Cultivation In Kenya Through System of
Rice Intensification (SRI). Agric,
14(2): 1-9.
Prastiyo,
Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa
Olah Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Rauf,
A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo. Perspektif pembiayaan
dan pembangunan daerah, 2(2): 71-76.
Sriyanto,
S. 2010. Panen Duit Dari Bisnis Padi
Organik. Jakarta: Agromedia pustaka.
Suhendrata,
T. S. Budiyanto. 2012. Peningkatan Produktvitas Padi Gogo Dan Pendapatan Petani
Lahan Kering Melalui Perubahan Penerapan Sistem Tanam Di Kabupaten
Banjarnegara. Semnas, 1(1): 1-5.
Wangiyana,
W, Z, Laiwan, Sanisah. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Var. Ciherang
Dengan Teknik Budidaya “Sri (System Of Rice Intensification)” Pada Berbagai
Umur Dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam. crop agro, 2(1): 70-78.
Watemin.
S. Budiningsih. 2012. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Padi Sawah Di
Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Sepa,
9(1): 34-42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar